Posted by: nsrupidara | August 18, 2022

Sambutan Dies Natalis ke 65 UKSW, 30 November 2021

Senat Universitas Kristen Satya Wacana yang saya hormati,

Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana yang saya hormati,

Seluruh jajaran kepemimpinan di UKSW yang saya kasihi

Gubernur Jawa Tengah yang saya hormati,

Walikota, Ketua DPRD, dan seluruh jajaran Forkopimda Kota Salatiga yang saya hormati

Kepala LLDikti VI Jawa Tengah yang saya hormati

Seluruh tamu undangan yang saya hormati

Para seniors atau purnatugas UKSW yang saya hormati dan kasihi

Seluruh sivitas akademika dan warga UKSW yang saya kasihi

Damai sejahtera Kristus yang melampaui segala akal kiranya menyertai kita semua.

Salam sejahtera

Puji syukur kita naikkan ke hadirat Allah Bapa di sorga di hari bahagia ini. Hanya oleh karena kasih karunia dan perkenanan Tuhan sajalah kita tiba lagi di hari lahir UKSW dan merayakannya dengan bersukacita bersama. Dies Natalis Universitas Kristen Satya Wacana dan kebahagiaan kita ini Tuhan yang berikan. Bukan hari ini dan kebahagiaan itu saja yang diberikannya kepada kita. Di dalam iman percaya kita kepadaNya, kita meyakini bahwa kasih setia dan pemeliharaan tangan Tuhan itu ada setiap saat, secara khusus sudah menyertai kita sepanjang setahun terakhir sejak kita rayakan Dies Natalis yang lalu. Di dalam keyakinan akan penyertaan kasih setia Tuhan itu, kita percaya Yesus Kristus sang Imanuel lah yang membimbing para pendiri UKSW, para pemimpin pendahulu, hingga kita memasuki usia 65 tahun UKSW saat ini. Jika kita kini berada dalam keadaan selamat, terpujilah namaNya. Dalam sejarah Universitas ini, Tuhan mestinya telah memperkenankan kita berhadapan dengan ragam kekuatan dunia yang mencobai atau mengganggu perjalanan hidup UKSW. Susah dan senang ada pada kita di sepanjang sejarah Universitas ini. Pergumulan dan mungkin ratapan di fase-fase terendah kehidupan UKSW, atau sebaliknya puji-pujian di masa sukacita dan kemegahan kita rasakan. Setiap pelaku sejarah di Universitas ini bisa bersaksi tentang kasih penyertaan Tuhan itu. Di atas semua fakta kehidupan kita ber-UKSW itu, maka perkenankan sebagai Rektor saya mengajak kita semua untuk mengangkat puji-pujian bagi Tuhan Allah yang telah memungkinkan kita tiba di hari ini, hari penuh berkat, hari sukacita kita.

Tema Dies Natalis ke-65 yang kita rayakan di tahun ini adalah, “Dalam kemurahanMu, teguhkanlah perbuatan tangan kami (Maz. 90: 17).” Dengan doa ini, kita mengangkat hati, memohon kembali kasih dan kemurahan Tuhan, memohon kesetiaan penyertaanNya, meminta berkat dan peneguhan tanganNya.

Jika kita merentang seluruh rangkaian pemikiran dan karya tindakan dalam sejarah Universitas ini, mulai dari masa-masa persiapan pendirian, masa permulaan, masa tumbuh, masa dewasa, bahkan masa mengalami penurunan, Ibu, Bapak, dan Saudara/i, mau kita pandang seperti apa seluruh sejarah itu? Sebagai pribadi maupun dalam posisi sebagai Rektor, saya mengajak kita untuk duduk di dalam segala kerendahan hati untuk memandang semua itu sebagai bagian dari perbuatan tangan Tuhan atas Universitas ini. Hanya karena kemurahanNya saja UKSW sudah menjadi dirinya seperti yang kita kenal hari ini. Ini termasuk kita memerhitungkan seluruh kesalahan kita dari masa lalu sampai hari ini, bukan hanya menekankan kehebatan kita. “Buatlah hari bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka (Maz. 90: 15).”

Namun, baiklah kita bersyukur dan berbangga atas hal-hal baik yang telah kita buat dalam sejarah Universitas ini. Saya tidak mungkin menyebutnya satu per satu, dari masa pak Noto sampai masa saya. Saya akan melaporkan apa yang telah kami kerjakan di Kepemimpinan 2017-2022 ini. Setiap kepemimpinan telah diberi tanggung jawab, mandat dan kepercayaan untuk melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk memajukan UKSW. Setiap pemimpin UKSW di masanya masing-masing telah melakukan tugasnya. Semua pemimpin sebelum saya telah memertanggungjawabkan amanat pengutusan dan pelayanannya. Per posisinya di hari ini ketika saya melaporkan perkembangan dalam periode kepemimpinan saya, tadi saya katakan bahwa keadaan UKSW adalah baik adanya, bukan berarti saya kesampingkan kekurangan dan kelemahan yang ada. Jikapun baik keadaannya, posisi kami adalah tunduk dalam kerendahan hati di hadapan Tuhan untuk mensyukuri bahwa kondisinya bisa demikian karena Tuhan memungkinkannya demikian.

Karena itulah, hal-hal baik yang dilakukan dan terjadi di Universitas ini, semua karena kemurahan Tuhan. Jika Tuhan berkenan, tiada sesuatu apapun yang bisa menghalanginya. Demikian pula sebaliknya, tiada yang bisa bekerja di luar kehendakNya, sekalipun ia bisa memerkenankan sesuatu di luar harapan kita terjadi pada kita. Jikapun itu terjadi pada kita, Ia tahu kemampuan kita dan Ia pasti menopang di belakang kita. Jadi, hal-hal hebat di kehidupan UKSW telah terjadi karena kemurahan Tuhan. Demikian juga dengan hal-hal bodoh yang pernah kita lakukan, Tuhan pasti masih perkenanan itu terjadi, sekalipun Ia mungkin susah dan sedih melihat anak-anakNya bertindak demikian. Baiklah kita menyelami dan memahami semua itu sebagai pelajaran hidup yang berharga dalam pembentukan Universitas ini. Hal-hal buruk dapat kita kenang, agar tidak kita lakukan lagi. Hal-hal baik, bahkan yang terbaik, kita kenang, syukuri, dan bangga atasnya. Semua itu menyemangati kita untuk terus melakukan hal-hal baik, lebih baik, dan terbaik terus dan terus dan terus. Tuhan mestinya senang jika demikian dan semoga itu menyenangkan hatiNya. Dengan begitu, sesuai doa kita tadi, semoga Tuhan meneguhkan perbuatan tangan kita, bahkan UKSW dijadikannya tempat perteduhannya turun-temurun, demikian juga kita berkomitmen menjadikanNya tempat perteduhan kita turun-temurun.

Dengan begitu, jika 65 tahun UKSW sudah hidup karena dan di dalam kemurahan Tuhan, maka tema yang kita angkat di Dies Natalis tahun ini, itulah doa dan pengharapan kita. Tuhan, jangan tinggalkan umatMu ini. Tuhan sertai dan berkati kami, untuk perjalanan kami terus ke depan. Sama seperti penyertaan Tuhan melalui kehadiran tiang awan dan tiang api dalam perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke tanah Kanaan. Sama seperti janji Tuhan Yesus memberi Roh Kudus yang hadir menjadi sahabat setia dalam perjalanan hidup kita sebagai umat percaya. Kiranya di dalam kemurahan Tuhan, apa yang kita rancangkan, kerjakan, hasilkan, capai, dan berikan sebagai dampak, semua itu dikenanNya, diberkatiNya. TanganNya yang penuh kuasa bahkan akan memungkinkan kita melakukan hal-hal yang sekiranya mustahil dalam pandangan kita. Bagi Tuhan, tidak ada yang mustahil.

Jika demikan keyakinan kita, maka apa sajakah perbuatan-perbuatan tangan kita, yang sudah, sedang, dan akan kita kerjakan terus ke depan? Bapak Ibu, perkenankan saya sedikit melakukan flashback untuk mengajak kita masuk ke dalam alam pikir kepemimpinan kami ini, sejak kami mulai memikul tanggung jawab jabatan kami. Dengan begitu Bapak, Ibu, Sdr/i dapat  memahami apa yang sudah dikerjakan dan dicapai. Dari situ saya akan mengajak Bapak Ibu untuk memahami rancang bangun tatanan kelembagaan, profil Universitas, hal-hal apa yang masih harus dikerjakan dan dampak yang harus diberikan, dalam pemikiran kami sebagai Pimpinan. Jika kita pahami rancang bangun itu, semoga kita dapat menjadi sehati sepikir dalam hidup bersama sebagai UKSW. Semoga, dengan begitu kita pun seia sekata dan satu pula tindakan kita, dalam membangun UKSW menjadi UKSW sebagai yang dicita-citakan dari dulu, yang kini juga kami cita-citakan, juga Bapak, Ibu, semua kita cita-citakan. Tanpa posisi keselarasan pandangan-pandangan, mustahil kita berjalan ke arah yang sama. Mustahil kita mencapai sinergi dalam seluruh upaya kita. Jika demikian, mustahil kita dapat menjadi yang terbaik karena telah melakukan yang terbaik. Tidak mungkin dari sudut pemikiran manusia rasional kita, kecuali Tuhan masuk mengintervensi mengubah kekacauan karena ketidakselarasan menjadi sesuatu yang baik dan teratur di mataNya.

Di 2017 saat kami Pimpinan UKSW beserta para Dekan berdiri dan mengucap janji jabatan kami, sebagai Rektor Universitas ini, saya declared, “Back to Basic” adalah tema kerja kepemimpinan ini. Apa maksud saya dengan itu? Itu bukan PHP, seperti kosakata para millenials. Tidak demikian. Untuk melakukan apa yang kami ikrarkan itu, sebagai Rektor saya memelajari kembali pemikiran Pak Noto, baik dari buku Kreativitas Yang Bertanggungjawab, maupun dari refleksi beberapa senior seperti Pak Gultom dan Alm. Pak Danny Zacharias, orang-orang yang dalam masa hidupnya di UKSW pernah menjadi asisten bagi pak Noto. Membaca ulang pemikiran bukan sekedar membaca buku atau mendengar pemahaman para senior itu, tetapi kami mencoba memaknainya ulang dalam tantangan zaman yang kini kami hadapi maupun mengantisipasi tantangan zaman ke depan. Beruntungnya kami, buku sejarah UKSW pada periode 1956 – 1973 yang telah dipersiapkan oleh sejumlah senior menambah pemahaman kami tentang pemikiran pak Noto, dalam interpretasi para penulis. Kami juga mengundang pak Tarno untuk berbagi wawasan kepemimpinannya di periode 1973 – 1983 dan itu terjadi di 2018, hingga termasuk di salah satu video refleksi Dies Natalis ke-64 di 2020. Saya harus menyampaikan permohonan maaf, karena belum berkesempatan memiliki waktu khusus untuk mendapati pak Willi membagi pergumulan kepemimpinan beliau dan tim di 1983 – 1993. Sekalipun demikian, komunikasi pribadi dengan pak Willi, juga dua kali kesempatan untuk berbicara beliau dalam webinar, saya masih bisa menyerap pemikiran beliau. Di 2019, kami mengundang semua mantan Rektor UKSW untuk berdiskusi bersama jajaran kepemimpinan di UKSW. Namun, hanya pak John Ihalauw yang hadir dan berbagi pergumulan, sikap, dan tindakan kepemimpinannya di periode 1993 – 2001. Di atas sharing dan pemikiran para pemimpin UKSW dari masa ke masa itu dan khususnya duduk di atas pemikiran fondasional pak Noto, maka seluruh rancang bangun pergerakan UKSW ke masa depan kami bangun. Saya akan menjabarkan beberapa hal pokok dari rancang bangun itu.

Elemen pertama dalam gerakan Back to Basic itu kami mulai dari reorientasi kurikulum pendidikan sarjana di UKSW. Ini hal tangible yang cukup mudah dimengerti, sebelum saya masuk ke hal yang lebih rumit dalam berpikir. Kurikulum pendidikan untuk pembentukan kaum yang disebut minoritas yang berdaya cipta atau creative minority sebagai pribadi-pribadi yang utuh antara akal, jiwa, dan rohnya melalui model pendidikan yang disebut whole-person atau holistic education atau liberal arts education adalah pilihan UKSW sejak Rektor Notohamidjojo. Ini bukan semata karena dulu di 1956 ibaratnya tidak ada referensi kurikulum yang lain atau itu zaman baheula, maka pak Noto cuma bisa rumuskan model kurikulum, pendekatan pendidikan yang demikian. Memandang demikian itu meremehkan intelektualitas seorang Notohamidjojo, jika ada yang berpandangan demikian.

Pak Noto, di atas responnya atas mandat dan permintaan Pengurus Yayasan (sebelum ada Pembina Yayasan) yang memintanya untuk memberi bentuk (vorming) pada Universitas ini (PTPGKI di kala itu), Ia kemudian secara bertahap memberi bentuk kepada UKSW. Dimulai dari dasar teologis dalam pidato 17 Oktober 1956 bertajuk Menyegani Tuhan Pangkal Pengetahuan (Maz. 1: 7a) yang kemudian menjadi motto UKSW. Dengan pengakuan akan kedaulatan Tuhan, Pak Noto sekaligus juga memberi dasar filosofis UKSW. Ia memilih posisi atau dasar teistik (dasar teologis) dalam kegiatan berilmu pengetahuan (memelihara dan mengembangkan ilmu pengetahuan), bukan dasar-dasar yang lain. Dialog kedua dasar itu, teologis dan filosofis, terus dibangunnya, termasuk ketika mendiskusikan nisbah iman dan ilmu pengetahuan dalam konteks merelevansikan posisi iman dalam memandang Yesus Kristus terhadap kebudayaan pada pidato Dies Natalis ke 1 di 1957.

Duduk di atas pendasaran yang solid itulah Notohamidjojo lalu membangun model pendidikan a la UKSW, yakni pendidikan artes liberales. Kita yang tidak dengan sungguh-sungguh memelajari mengapa pilihan ini yang diambil Notohamidjojo sebagai konstruktor dominan dalam cara pikir dan cara hidup UKSW di masa-masa awal itu bisa saja terjebak debat penolakan yang tidak berkesudahan. Jika kita terima bahwa pilihan kelembagaan UKSW itu adalah hasil pergulatan pemikiran dan bahkan iman Universitas ini, maka sikap Back to Basic untuk menghidupkan kembali model pendidikan tinggi a la UKSW adalah bukan sebuah posisi pilihan bisa ini bisa itu. Posisinya adalah mengembalikan ke “titik utara”nya itu, dalam analogi kompas sebagai penunjuk arah. Pertanyaan tentang relevansi zaman tentu valid untuk diajukan dan jawaban yang dimunculkan misalnya oleh pemikiran Prof. Joseph Aoun (ahli linguistik, Rektor Northeastern University) dalam Robot Proof: Higher Education in the Age of Artificial Intelligence dengan tiga new literacies: technological, data, dan human. Literacies itu, menurutnya, dibentuk dengan pendekatan-pendekatan pedagogi baru yang membentuk empat kapasitas kognitif yakni critical thinking, systems thinking, entrepreneurial, dan cultural agility, yang dalam bahasa Aoun disebut a sort of reframed trivium and quadrivium for the modern age. Pendidikan dalam model trivium dan quadrivium itulah model liberal arts education yang dibangun dari zaman Yunani kuno dan dianggap relevan untuk modern age, tetapi perlu dikontekstualisasikan. Lagi, ahli kognisi dan pendidikan Howard Gardner yang mengajukan five minds for the future (disciplined, synthesizing, creating, respectful, and ethical minds) dalam upaya bagaimana pendidikan harus merespon dunia modern yang dicirikan oleh kemajuan sains dan teknologi, dunia yang saling terhubung secara ekonomi, sosial, dan kultural (termasuk di atas platform teknologi), dan realitas ketersebaran dan kemenyatuan-interaksinya umat manusia yang beragam latar belakang dan aspirasi, itu juga mengindikasikan model pendidikan yang holistik. Karena itulah kami mendiskusikan upaya mengembalikan model pendidikan tinggi a la UKSW itu sejak 2018, mulai memersiapkan kurikulum whole person education UKSW sejak 2019, dan karena datang pandemi Covid-19 di 2020, kami baru menerapkan kurikulum baru itu di 2021. Namun, we walk the talk.

Namun, gerakan Back to Basic tidak hanya soal kembalikan kurikulum liberal arts di UKSW. Namun, itu terutama akan menyangkut perubahan mental dan karakter Universitas ini sebagai universitas sebagaimana dicita-citakan pak Noto, salah dua-nya yakni universitas scientiarum dan universitas magistrorum et scholarium. Apa arti menjadi universitas yang demikian dalam tantangan zaman hari ini? Kembali, guna memahami maksud profil kelembagaan yang demikian, pembacaan ulang terhadap makna yang dirumuskan pak Noto harus ditempatkan dalam setting kelembagaan pendidikan tinggi hari ini dan ke depan. Karena itu, literatur sistem dan model pendidikan tinggi, atau tepatnya model beruniversitas, harus dipelajari. Dan, sebagai Rektor yang memimpin gerakan Back to Basic itu saya memelajari literatur itu. Apa hasilnya?

Dalam sambutan Dies Natalis ke-63 di 2019 saya telah ajukan rekonstekstualisasi model beruniversitas bagi kita di UKSW paling tidak. Ada empat peran universitas yang diajukan di sana, di atas model catur rupa tugas yang diajukan Notohamidjojo di November 1956. Peran pertama, universitas adalah penyerap, peramu, serta penghasil pengetahuan. Duduk di atas kesadaran bahwa sejarah ilmu pengetahuan telah sangat panjang, sehingga menyerap existing knowledge dan meramunya adalah salah satu tugas, setara dengan tugas memelihara ilmu pengetahuan. Lebih dari itu, meramu (synthesize atau meta-analysis) adalah dasar dari menghasilkan pengetahuan baru. Itu adalah tugas universitas riset dan universitas yang suka belajar dan berbagi pengetahuan. Karena merupakan bagian dari ciri universitas riset, maka dorongan peningkatan kinerja sektor riset UKSW yang berkelanjutan adalah pilihan tidak terhindarkan. Dan, di Dies Natalis ke-64 tahun lalu saya telah menunjukkan bahwa di dalam periode kepemimpinan ini kami telah mendongkrak sangat signifikan peningkatan kinerja sektor riset UKSW. Again, we walked the talk. Namun, peningkatan kinerja itu belum memenuhi harapan kami sekalipun tetap memuaskan hati kami. UKSW harus push dan push dirinya lebih keras dalam peningkatan kinerja risetnya. Tidak hanya jumlah, tetapi juga mutu. Bergiat dalam pemeliharaan dan penciptaan pengetahuang yang seperti itu akan membuat Universitas ini tahu apa arti pengetahuan. Ia dibangun melalui kerja keras, ia berharga. Karena itu berharga, maka ia diperlakukan dengan baik, termasuk dalam pengajaran, dalam pengembangan ke tahap selanjutnya, bersama-sama mahasiswa dan semua pihak yang terlibat dalam pemeliharaan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, untuk peningkatan jumlah riset dan publikasi, maka mahasiswa harus diajak ikut aktif dalam giat riset para dosen. Di situlah model universitas scientiarum bertemu dengan model universitas magistrorum et scholarium, persekutuan ilmiah yang bukan hanya terdiri dari para dosen tetapi komunitas bersama para mahasiswa yang semua unsur aktif memelihara dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Itu model peran kedua yang pak Noto sudah titipkan dan harus kita hidupi. Ini kadang tampak utopis, karena mahasiswa sering ditempatkan datang sebagai pembeli jasa pendidikan, atau bahkan gelar, bukan partner dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, UKSW sudah memilih untuk menempatkan mahasiswa sebagai partner dalam konstruksi ilmu pengetahuan. Ia harus konsisten dalam sikapnya. Karena itu mengubah sikap mahasiswa adalah bagian dari proses transformasi kelembagaan yang harus UKSW lakukan, kini dan bukan besok-besok, nanti dulu. Itu tanggung jawab setiap dosen dalam membimbing mahasiswa. Karena itu di UKSW tidak boleh ada dosen yang mengeksploitasi mahasiswa, memanipulasi, apalagi melakukan misalnya maaf tindakan pelecehan seksual, sebagaimana menjadi “keributan” yang distimulasi Permendikbudriste. Bagi UKSW, itu tindakan-tindakan yang tidak mengakui manusia sebagai gambar Tuhan penciptanya, karenanya itu mendukakan hati Tuhan. Itu melawan karakter dan jatidiri UKSW. Karena itu, kalau ada dosen yang misalnya tidak membimbing mahasiswa dengan baik, tetapi lalu misalnya mengambil karya tugas akhir mahasiswanya lalu menempatkan namanya sebagai nama pertama dalam publikasi karya itu, padahal sang dosen tidak ngapa-ngapain kecuali ngobrol ngalor ngidul dalam masa-masa bimbingan yang tidak memberi arah, maka kepada mahasiswa tolong lapor Kepala Departemenmu, lapor Dekanmu. Bilamana sudah lapor ke mereka tetapi tidak ngapa-ngapain, lapor salah satu Pembantu Rektor, PR1 atau PR3 khususnya. Jika belum mempat, lapor saya. Kepada Yayasan saya minta, perilaku yang tidak sesuai jatidiri Universitas ini jangan diberi hati, kecuali harus menindak. Jangan sampai, orang yang menuntut ditindaknya perilaku-perilakunya menyimpang dari nilai-nilai Satya Wacana lalu justru yang dimasalahkan, sebagai tidak punya kasih, tidak punya hati, sombong. Jika UKSW adalah universitas magistrorum et scholarium, perilaku-perilaku aneh kepada mahasiswa tidak boleh ada di UKSW. 

Ibu Bapak dan Saudara sekalian, dalam perjalanan UKSW menjadikan dirinya sebagai universitas scientiarum yang magistrorum et scholarium, maka keterlibatan mahasiswa dalam proses konstruksi dan produksi ilmu pengetahuan dapat dikatakan terus meningkat. Pekerjaan dan hasil di bidang bidang tanggung jawab PR3 dan PR5 dapat menunjukkan itu. Di bidang PR3 misalnya, makin banyak proposal program-program kreativitas mahasiswa yang dihasilkan untuk dikompetisikan. Saat ini, dengan dibukanya matakuliah kewirausahaan bagi semua mahasiswa UKSW, kami membayangkan kontribusi mahasiswa dalam kerja kreatif bersama antara dosen dan mahasiswa akan makin meningkat. Memang, tidak selalu hasil-hasil kompetisi sama seperti yang kita harapkan. Namun, jika jiwa kita bergelora untuk melakukan hal-hal yang baik, termasuk maksud untuk menggapai prestasi-prestasi terbaik, maka hasil itu akan datang pada waktunya. Kita hanya harus terus bergiat.

Dalam kaitan dengan Bidang yang dinaungi PR1, maka untuk terus meningkatkan itu, pilihan strategi UKSW adalah pertama untuk bergerak vertikal, yakni menyiapkan pembukaan dan operasi program-program pascasarjana. Begitu naik di 2017, kami langsung mengamankan pembukaan Prodi Doktor Ilmu Komputer yang tidak keluar-keluar izinnya sekalipun sudah divisitasi oleh assessor-nya pra era kepemimpinan kami. Di akhir 2018 izin operasional prodi ini keluar. Namun, dari mimbar ini saya mau dorong agar Prodi ini bekerja lebih keras. Tanggung jawab mengelola program doktor yang menjadi salah satu syarat penting bagi universitas riset dapat diibaratkan memelihara berlian. Bagi UKSW, Prodi S3 bukan Prodi S1. Bukan berarti kami menyepelekan prodi S1, atau Diploma. Kalau prodi Diploma dan S1 saja tidak boleh disepelekan, apalagi prodi S3? Para Dekan, Kepala Departemen, juga Ketua atau Koordinator Prodi S3 saya minta lebih serius. Itu menara atau mercusuar kita dalam konteks produksi ilmu pengetahuan, produksi knowledge producers di level tinggi, sebagai bagian dari pemenuhan cita-cita universitas scientiarum. Kalau mercusuar tidak menyala, maka kapal-kapal yang ada dekat atau mendatanginya akan karam menabrak karang. Di sisi lain, kami sudah menambah Prodi S2 Data Sains (2020). Prodi S2 Teknik Informatika masih berproses, demikian juga Prodi S3 Akuntansi. Kami sedang persiapkan Prodi S2 Bahasa Inggris, Prodi S2 Ekonomi Terapan. Bahkan, bagi Dekan-Dekan dan Kepala-Kepala Departemen yang potensial  memunculkan prodi-prodi S2 dan S3 harusnya mereka tidak tenang-tenang saja dalam pergerakan vertikal ini. Sampai pada level pendidikan S3 lah seluruh maksud menjadi universitas scientiarum berada itu pada level produktivitas dan kualitas yang tinggi. Itulah mengapa pergerakan vertikal ini kami pilih sebagai strategi kami untuk menjawab peran pertama dan kedua tadi.

Namun, pergerakan horizontal dalam membuka bidang-bidang keilmuan baru sebagai lahan garapan tambahan juga sedang kami persiapkan. Sebagai tambahan dalam portofolio teknologi informasi dan dalam kaitannya dengan bisnis di era itu, FTI sedang mengajukan izin S1 Bisnis Digital. Di sebuah terrain yang “aneh” untuk hibridisasi keilmuan, kami sedang persiapkan pembukaan Prodi S1 Liberal Arts. Saya katakan aneh karena ini memang aneh. Prodi ini akan menjawab tantangan masa depan di mana kehidupan menjadi sedemikan kompleks dari kita membutuhkan kekayaan perspektif dan pendekatan dalam memahami realitas dan mengintervensinya. Peran-peran intermediaries yang menjembatani bidang-bidang ilmu dan bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat akan makin diperlukan. Mereka yang di-training untuk memiliki kecakapan berupa fleksibilitas keilmuan, sama seperti otak kita memiliki kelenturan atau plasticity, mereka yang belajar di Prodi ini nanti akan siap melalukan sintesis dan karenanya adaptasi intelektual di lebih dari satu domain keilmuan. Jika National University of Singapore menggandeng Yale University sudah berani membuka NUS-Yale College of Liberal Arts di 2011 walau kini NUS menghentikan kerjasama itu dan akan menjalankan sendiri pendidikan liberal arts itu, mengapa UKSW yang sudah sejak 1956 mencanangkan model pendidikan liberal arts tidak berani membuka Prodi S1 Liberal Arts? Tidak cukupkah warna liberal arts sudah tadi dihidupkan kembali di kurikulum 2021? Kalau mau benar-benar liberal arts, jawabannya tidak cukup. Karena itu, Prodi ini merupakan sebuah ramuan khusus UKSW untuk menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kok khusus, khusus apanya. Tunggu tanggal mainnya! Kalau tidak melakukan manuver kreatif seperti ini, itu bukan UKSW namanya.

Peran ketiga, UKSW adalah pembaharu dalam masyarakat. Tadi saya sudah memberi contoh tentang Prodi yang aneh, sebagai sebuah manuver pembaharuan pendidikan tinggi di Indonesia. Negeri ini kadang terlalu kaku, penuh penyeragaman. Kalau tidak seragam seolah salah. UKSW mau memberikan disiplin baru, keberagaman dalam pendekatan pendidikan tinggi. Itu bukan hal baru. Di awal 1970an UKSW lah yang memulai model sistem kredit semester. Aneh pada masa itu? Jangankan aneh, UKSW disebut tidak nasionalis. Para penuding itu tidak tahu bahwa UKSW ini didirikan di atas semangat nasionalisme dan eukumenisme. Kok nuding yang nasionalis sebagai tidak nasionalis. Gagal paham dia tentang manuver perbaikan model pendidikan tinggi adalah karena nasionalisme, bukan karena anasionalis. Karena itu, manuver-manuver perbaikan dunia pendidikan tinggi bukan hal baru bagi Universitas ini. Dan, kita akan lakukan lagi dan lagi. Tadi, Prodi S1 Liberal Arts adalah sebuah contoh. Besok, akan ada yang lain. Itu jiwa UKSW, sang creative minority.

Dalam kurikulum 2021, UKSW memberikan pendidikan critical thinking dan pendidikan kewirausahaan bagi semua mahasiswa baru-nya. Itu dua dari 9 matakuliah dasar umum UKSW. Mahasiswa masuk UKSW dan digiring melakukan eksplorasi pembelajaran lintas ilmu di level pendidikan tinggi untuk menjadi pembuka mata, eye opening dan pembangun wawasan dan ketrampilan keilmuan. Ketika mata terbuka tentang dunia ilmu pengetahuan dan ia memiliki tools dasar keilmuan, barulah ia bergerak memasuki fokus penajaman keilmuannya. Karena memberi matakuliah seperti critical thinking dan kewirausahaan bagi semua mahasiswa, maka berpikir kritis dan kreatif, inovatif akan menjadi ciri masyarakat ilmiah UKSW. Jika ekosistem menyeluruh di universitas scientiarum yang namanya Satya Wacana ini mendukung benih baik yang baru dipupuk itu, maka bunga-bunga harum memekar akan bermunculan. Pernahkah kita misalnya melihat atau berkunjung ke taman bunga tulip di Keukenhoff? Jika pernah, syukurlah. Itulah keindahan, keharuman. Kalau indah dan harum, maka yang ada di sekelilingnya akan senang, menikmati. Lalu apa arti ada keindahan dan keharuman dari UKSW? Jika tadi di sektor riset kami akan tingkatkan produktivitas dan mutunya. Jika tadi mahasiswa dipartisipasikan aktif dalam komunitas magistrorum et scholarium ini. Jika pendidikan kami mendorong mahasiswa untuk menjadi intelektual kritis dan inovatif. Apa dampaknya? Tiada lain, transformasi masyarakat di sekelilingnya adalah harapannya. UKSW hadir bukan untuk dirinya sendiri, apalagi hanya untuk memuji-muji dirinya sendiri, ini universitas hebat. UKSW hadir untuk melakukan transformasi lingkungan sekitar, tentu ia sendiri harus memulai transformasi padaa dirinya. Itulah arti posisi Notohamidjojo-an, Christ transform cultures. UKSW transform its surrounding environment. Saya berposisi meyakini bahwa sektor riset UKSW akan lebih hebat ke depan, dalam menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru. Untuk apa semua itu dihasilkan? Untuk transformasi masyarakat, melalui pendidikan dan pengajaran yang menghasilkan lulusan-lulusan yang akan menjadi garam dan terang di kehidupan barunya pasca studi, juga melalui hilirisasi hasil-hasil riset UKSW ke masyarakat. Jika riset-riset inovatif UKSW hasilkan produk-produk inovatif, termasuk dihasilkan oleh mahasiswa-mahasiswanya. Tidakkah mungkin UKSW menstimulasi terbentuknya Silicon Valley baru di Jawa Tengah? Tentu saya berbicara UKSW akan sendirian lakukan itu, sama seperti sendirian Stanford University lakukan itu di tempat yang kini sangat dikenal sebagai Silicon Valley itu. Ada UNDIP dan teman-teman di Semarang, ada UNS dan teman-teman di Solo. Poros Semarang – Salatiga – Boyolali – Solo akan kita transformasi menjadi basis sosial ekonomi berbasis riset dan inovasi dinamis di perguruan tinggi. Gagasan ini sekarang UKSW lontarkan dan akan kami wujudkan. Kami berani bergagasan dan berani pula bertindak. Dari mana mulainya? Let’s start from small steps. We are preparing all from small things. Itulah arti UKSW sebagai pembaharu dalam masyarakat.

Peran keempat, UKSW sebagai inovator pedagogik dan model beruniversitas. Tadi di atas aya singgung peran UKSW munculkan SKS di Indonesia. Munculkan model trimester yang dipakai pada skala universitas. Regulasi dan kebijakan pemerintah tidak selalu mendukung. Karena itu, kadang-kadang, menurut resep Notohamidjojo dan Toynbee, kami harus retreat atau withdrawal, mundur atau tarik diri dulu, baru return, masuk kembali. Kami adjust penyelenggaraan trimester di UKSW karena pemerintah batasi semester ke-3 hanya boleh mengambil maksimum 9 sks, kalau tidak lulusan UKSW tidak bisa mendapatkan Penomoran Ijazah Nasional (PIN), ijazahnya bisa tidak sah, mereka bisa kesulitan mencari dan mendapatkan pekerjaan, terutama di sektor pemerintahan. UKSW mengalah. Namun, silahkan tanya Mas Menteri Nadiem atau Pak Dirjen Dikti. Mereka mungkin kesal terhadap Rektor UKSW yang ibaratnya mendobrak terus mengingatkan bahwa Kampus Merdeka itu ya termasuk memberikan otonomi yang lebih besar kepada perguruan tinggi. Jika ada otonomi, maka model trimester atau model apapun bisa hidup berdampingan dengan model semester. Adakah yang salah dengan itu? Tidak! Jika mindset dan regulasi kita yang belum mengakomodasi, jangan katakan tidak bisa, tidak mungkin. Di 1970an, kami sudah dituding anasionalis dengan model SKS yang kini juga menjadi ciri nasional pendidikan tinggi kita. Jadi, jangan mengulang kesalahan yang sama. Biarkan Indonesia menjadi tanah yang subur bagi model-model pendidikan yang variatif, agar inovasi-inovasi pedagogis lahir di bumi pertiwi yang subur ini. Dalam hal inovasi pedagogis di UKSW, saya mengambil apa yang paling baru UKSW lakukan, yakni mengadopsi teknologi augmented and virtual reality (AVR) atau extended reality (XR) dalam sistem pembelajaran di UKSW. 20an dosen telah dilatih menggunakan teknologi XR ini. Tahun depat jumlah itu akan ditambah, sambil yang awal diharapkan memantapkan penguasaannya. Sambil pidato saya ini terus berjalan, silahkan BTSI memutarkan video contoh modul pembelajaran berbasis AVR yang telah dihasilkan oleh beberapa dosen. Ini baru permulaan. Bayangkan apa yang bakal terjadi melalui inovasi pedagogik di dan dari UKSW ini! Again, we walk the talk.

Peran kelima dari rekonstekstualisasi model beruniversitas yang sudah saya ajukan dari 2019, UKSW sebagai global networker. Dengan siapa UKSW bekerja di adopsi teknologi AVR itu? Dengan EON Reality, sebuah perusahaan pengembang dan solusi teknologi AVR yang berbasis di Irvine, California. Ia bukan sekedar perusahaan distributor produk EON yang berada di Indonesia, tetapi EON itu sendiri. Untuk menopang operasi AVR di Indonesia, UKSW bekerjasama dengan PT Aruba Indonesia atau merupakan bagian dari PT Hewlet Packard Indonesia, dan Synetcom mitranya. Aruba atau HP adalah perusahaan global di teknologi digital yang sudah cukup lama beroperasi di Indonesia. Teknologi mereka akan memberikan stabilitas akses internet dan karena membuka ruang-ruang pengalaman di atas platform digital yang di era pandemi ini yang telah membuka kemungkinan baru dalam relasi dan interaksi, tidak hanya lokal atau nasional, tetapi internasional. Dalam mendukung perayaan Dies Natalis ini, Panitia Dies khususnya seksi webinar telah dan masih akan menyelenggarakan sejumah webinar yang menghadirkan mitra-mitra UKSW termasuk mitra internasional. Smeru, LIPI, ANU, Griffith/Tasmania, Maastricht, Univ of London. Panitia Dies seksi pertujukan musik juga telah menyelenggarakan Virtual Music Concert, dengan melibatkan 5 universitas luar negeri dalam kemitraan di ACUCA, juga 7 universitas dari dalam negeri dalam kemitraan itu maupun BKPTKI. Menyebut ACUCA, maka UKSW telah akan menyelesaikan amanat sebagai Wakil Indonesia di Executive Committee atau Board of Director ACUCA pada periode 2019 – 2021 ini. Pandemi Covid-19 memang membatasi sejumlah rencana internasionalisasi, tetapi sekaligus juga membuka peluang-peluang internasionalisasi yang lain, sekalipun baru pada tahap penjajagan. UKSW menatap masa depannya dalam keterbukaan posisi kemitraannya, di dalam maupun luar negeri. UKSW adalah networker, a global networker. We walk the talk.

Namun, kemitraan sebagai stimulan pertumbuhan dan perkembangan UKSW ke depan masih harus dikembangkan. Tidak cukup di situ. UKSW bukan pemain pendidikan tinggi yang mentalitasnya inferior. Dari UKSW didirikan, menurut buku Sejarah UKSW 1956-1973, keinginannya pak Probo dan itu dituturkan pak Noto, adalah menjadi dikenal oleh international partnersnya sama seperti tourists mengenal relasi Bali dan Indonesia. Saat ini, kondisi lama yang telah menjadi posisi keunggulan relatif UKSW sejak awal berdiri hingga masa tertentu pernah tergerus. Tidak usah kita ngomong UKSW dikenal mitra barunya. Oleh mitra lama bahkan seperti Vrije Universiteit dan Bread for the World (dulu EED) saja kita sepertinya sulit pertahankan. Namun, ketika UKSW berhasil memulihkan sejumlah hubungan lama dan membuka sejumlah hubungan baru, maka harapan para pendiri tadi mestinya dapat kita penuhi. Dan, di dalam rangka itu, relasi hanya ada dan dapat dipertahankan karena trust. Trust dalam dunia keilmuan ada karena karya atau prestasi dan reputasi akademik. Secara spesifik, itu berkaitan dengan produksi ilmu pengetahuan dari atau oleh peneliti UKSW, yang dikenal oleh mitra-mitra keilmuannya, termasuk dari negara lain. Publikasi internasional menjadi penting, jika kita bicara posisi global networking UKSW. UKSW hanya akan dikenal mitra asing karena karya dosen-dosennya menghiasi outlets publikasi internasional. Dan, karya-karya itu harus bermutu, merefleksikan konsistensi UKSW pada nilai-nilai akademik yang luhur. Saya ambil satu evidence aneh untuk beri gambaran berkaitan dengan itu. Inul Daratista, ingat nama itu karena kehebatan goyang ngebor-nya? Di 2012, Inul Daratista saja bisa tercatat memiliki publikasi di salah satu jurnal internasional, tetapi jurnal predator. Tentu itu bukan benar-benar Inul Daratista. Seseorang sengaja mengaku Inul Daratista hanya untuk memberi bukti bobroknya praktik jurnal predator. Jadi, ketika saya bicara karya bermutu, reputasi akademik, trust kepada kita, maka jangan hancurkan reputasi pribadimu, apalagi reputasi akademik UKSW yang sudah dibangun dengan nilai-nilai akademik yang kokoh, bahkan di atas sikap Takut Akan Tuhan. Jika Anda sendiri karena tidak takut akan Tuhan dan tidak peduli nama baik Satya Wacana, maka jangan bunuh universitas ini dengan kengawuran Anda. Jika Anda seperti itu, no place for you at UKSW. Untuk yang begini, saya minta otoritas dari Yayasan, untuk menertibkan yang seperti itu. Dulu waktu saya sebagai PR5 mau tertibkan perilaku seperti itu, ada yang bilang mau bawa saya ke pengadilan. Yang begitu itu malah dilindungi di UKSW? Maaf, budaya akademik UKSW dibangun di atas nilai-nilai kekhidmatan (rasa hormat), kejujuran, kerendahan hati, kebenaran. Perilaku yang tidak selaras dengan nilai-nilai itu tidak pantas berada di UKSW. Demikian juga orang-orang yang melakukan itu, tidak pantas berada di UKSW. Kita harus melakukan pembersihan dalam hal ini, agar garam UKSW tetap terasa asin, dan terang UKSW benar-benar menyala dan menerangi. Karena itu, keindahan dan keharuman UKSW yang akan terasa. Namun, jika trust kepada UKSW itu hilang dalam kemitraan akademik globalnya, benang yang sudah kadung basah hampir mustahil bisa ditegakkan kembali.

Saya rangkum kembali peran-peran UKSW sebagai universitas yang telah saya kemukakan di atas, yakni sebagai penyerap, peramu, dan penghasil pengetahuan; sebagai universitas magistrorum et scholarium yang membina kepemimpinan akademik mahasiswa sebagai ko-konstruktor pengetahuan para dosen; sebagai inovator pedagogik dan model beruniversitas; sebagai pembaharu masyarakat; dan sebagai global networker dalam jejaring pengetahuan dunia. Kami sedang bekerja mewujudkan semua itu secara perlahan tetapi pasti. Jika konsisten perjalanan UKSW di atas itu, maka pada usia 100 tahun UKSW di 2056 apa yang mustahil bagi UKSW untuk menjadi salah satu universitas yang disegani di Asia, bahkan dunia? Jika apalagi Tuhan berkenan, apa yang mustahil, bila warga UKSW ini bergiat dengan benar, dengan Takut Akan Tuhan? Nothing impossible for UKSW! Hanya, hendaknya kamu seia sekata seperasaan. Itu perintah Tuhan bagi kita. Hentikanlah kontroversi-kontroversi tidak perlu di dalam Universitas ini. Itu tidak menguntungkan Universitas ini, tetapi jika tidak sampai membunuh, tindakan seperti itu pasti merugikan universitas. Sudah kecil, masih berpolah tingkah bertabrakan. Tanya semua ahli organisasi di ruangan ini atau di manapun, mana ada organisasi yang tidak sinergik bisa menghasilkan hasil yang outstanding? Nonsense! Minta maaf, saya harus keras menyatakan itu.

Berlomba-lombalah melakukan dan menjadi yang terbaik di bidangmu, di peranmu. Jika pepatah mengatakan, manusia dikenal karena perbuatan baiknya dan karena itu meninggalkan nama baik. Sampai hari ini kita kenal dan berterima kasih misalnya kepada Socrates dan murid-muridnya, Galileo Galilei, Isaac Newton, atau mungkin nama yang belum Anda kenal seperti James Tour seorang towering figure dalam dunia kimia organik sintetik dan turunan penggunaannya seperti nano-engineering dan elektronika, yang menjadi tamu Creative Minority Forum UKSW yang membahas nisbah iman dan ilmu pengetahuan. Peneliti UKSW harus menjadi yang seperti itu, suatu waktu. Tidak mungkin kita simsalabim dan semua berubah hari ini. Namun, jika tadi kita sedang walking the talks dan memandang apa sih yang mustahil di dalam Tuhan, maka bukan tidak mungkin dari UKSW akan muncul ilmuwan kelas dunia. Sejumlah peneliti Indonesia telah disebut berada di proporsi kecil ilmuwan yang berpengaruh di dunia keilmuannya. Jika semua kita berlomba-lomba untuk melakukan dan menjadi yang terbaik di bidang keilmuan kita, we are going to achieve that too.

Pembina YPTKSW, Ibu Bapak dan Saudara/i,

Ini tahun ke-empat kepemimpinan kami. Kami meyakini we are on the right track tetapi masih butuh banyak efforts. Setahun terakhir ke depan, kami minta ruang gerak yang lebih leluasa untuk berkarya. Kami minta dukungan penuh untuk kami membuktikan bahwa Yes, we can. Kami sudah tunjukkan bahwa masalah ruwetnya administrasi keuangan UKSW bisa kami bereskan. Kami sedang menata administrasi kepegawaian UKSW, termasuk menata di jalur karir akademik dosen yang sekali lagi, we are on the right track. Sektor riset UKSW sedang terus tumbuh, misalnya dengan ditunjukkan oleh perolehan hibah yang melonjak di 2021, misalnya melalui kolaborasi strategik untuk produksi biodegradable pastics dengan sebuah perusahaan Jepang di Indonesia. Again, we need to do more and more, termasuk increasing quality.

To increase productivity and quality, maka infrastruktur riset harus ditingkatkan jumlah dan mutunya. Namun, ini harus diikuti oleh mentalitas fighter dan pemenang pada para dosen dan mahasiswa. Kami ingin menjadikan Kampus Notohamidjojo di Blotongan menjadi science and techno complex, UKSW Science Park. Dari Gunung Payung, hasil-hasil riset sains dan teknik UKSW akan mendunia. We have to start bangun kampus itu sejak sekarang, bukan tunggu-tunggu lagi. Dari mana kita bisa membangunnya? Yakinlah ada berkat dan cara Tuhan memungkinkan itu, tentu kami akan bekerja mengupayakannya menjadi mungkin, berlangsung, dan terlaksana.

Menopang sektor riset dan pengabdian masyarakat UKSW, maka UKSW butuh kehadiran bidang medis sebagai domain gelutan keilmuan baru. Prodi Pendidikan Dokter sedang kami usulkan kembali dan upayakan agar dapat memeroleh izin operasional. Bidang medis adalah salah satu domain riset yang sangat produkti dan bermutu tinggi, sekaligus berdampak besar. Karena itu, UKSW akan masuk juga ke wilayah itu. UKSW juga berharap akan membangun sebuah kompleks kesehatan, yang di antaranya berisi rumah sakit pendidikan bagi Prodi Pendidikan Dokter UKSW, jika pemerintah setujui memberikan izin bagi UKSW. Rencana pembangunan ini butuh waktu, 3 tahun minimal. Jadi memundurkan waktu memulai, waktu berakhir juga akan mundur 3 tahun ke belakangnya, kecuali kita tidak hendak membangun seperti rancangan itu. Dalam ruang pengambilan keputusan, kami analis kelembagaan atau institutionalists, menilai UKSW sedang berada pada critical juncture, sebuah percabangan perjalanan. Keputusan diperlukan, entah ke cabang kiri atau kanan pilihannya. Tadi di atas kami sudah memilih untuk Back to Basic, kami juga memilih untuk menjadi UKSW di 5 peran barunya itu, dan there is no such a free lunch. Harus ada kerja keras dan keberanian. Itu tantangan bagi kita hari ini.

Bagi kepemimpinan ini, we have walked the talk, yet we need supports. Karena itu, kami mengundang dukungan dari semua pihak untuk bekerja bersama UKSW. Pekerjaan kita ini adalah menghadirkan berkat dan damai sejahtera di bumi. Karena itu, kami yakin semua yang berkeinginan sama akan bekerja bersama kami. Mari kita wujudkan mimpi kita, mimpi UKSW, yang sejak 1956, bahkan sebelumnya, telah terpatri dalam pikiran Pdt. Basuki Probowinoto dan Dr. Oeripan Notohamidjojo. They dared enough to dream, and we dare to make the dream a reality.

Kembali, kami naikkan puji syukur karena kemurahan Tuhan yang sudah menyertai UKSW sejak para pendahulu dan kami yakini akan tetap menyertai kami dan bergenerasi-bergenerasi kepemimpinan UKSW terus ke depan. Perbuatan tangan kami, ya perbuatan tangan kami, teguhkanlah ya Tuhan!

Terima kasih Ibu Bapak Saudara sekalian. Tuhan menolong dan memberkati Anda sekalian seperti Ia sudah memberkati Universitas ini. Terpujilah namaNya!

Salatiga, 30 November 2021

Neil Semuel Rupidara

Rektor


Leave a comment

Categories