Posted by: nsrupidara | August 5, 2022

Melanjutkan Transformasi UKSW Menuju Universitas Riset Entrepreneurial yang Disegani

Melanjutkan Transformasi UKSW Menuju Universitas Riset Entrepreneurial yang Disegani[i]

Neil Semuel Rupidara

Pengantar

Para Pembina yang saya hormati,

Gagasan dalam makalah ini merupakan kelanjutan pemikiran dari dua dokumen serupa sebelumnya. Pertama, dokumen Pemilihan Rektor Periode 2013 – 2017 di mana penulis adalah satu dari empat kandidat yang maju. Pada dokumen itu, fokus utama adalah pada gagasan untuk mendorong transformasi UKSW dari teaching universitas ke universitas generasi ketiga (third generation university, Wissema 2009). Sebagian dari gagasan yang dituangkan dalam makalah 2013 itu telah dilaksanakan ketika penulis dipercaya oleh Rektor UKSW periode 2013 – 2017 sebagai Pembantu Rektor 5 urusan Riset dan Pengabdian Masyarakat. Penataan sektor riset UKSW telah dilakukan pada periode itu dengan melakukan penataan kelembagaan, pengembangan kebijakan riset dan pengabdian masyarakat, pelaksanaan pendekatan kerja berbasis bukti (evidence-based), serta pada akhirnya peningkatan kinerja bidang penelitian dan pengabdian masyarakat. Penataan kelembagaan dilakukan dengan memunculkan Biro Inovasi Riset (BIR) UKSW, Sentra Hak Kekayaan Intelektual (HKI), serta Inkubator Bisnis dan Teknologi. Di periode 2017 – 2022 ini BIR UKSW masih ada hingga saat ini tetapi dilakukan penataan di dalamnya dengan mengintegrasikan ketiga lembaga tadi menjadi Biro Inovasi dan Inkubasi, yang mengurusi riset inovatif, perlindungan HKI, serta mengembangan pola komersialisasi HKI dari hasil-hasil riset inovatif. Salah satu contoh upaya komersialisasi hasil riset inovatif UKSW adalah kolaborasi UKSW dengan perusahaan Hitachi Indonesia dalam pengembangan biodegradable plastics.  Pengembangan kebijakan ditempuh di antaranya dengan membuat Rencana Induk Penelitian (RIP) dan Renstra Pengabdian Masyarakat UKSW 2015 – 2020, penetapan bidang-bidang riset unggulan (research strengths) UKSW, pembuatan kebijakan etika dalam penelitian, serta pelarangan publikasi di jurnal-jurnal predator. Pengembangan pola kerja berbasis evidence yang dikembangkan di antaranya telah dipakai dalam pembuatan RIP dan penetapan research strengths dengan menganalisis seluruh data publikasi UKSW dalam sejarah UKSW sampai saat analisis dilakukan (2015). Dengan melakukan berbagai penataan, stimulasi, dan pengembangan di sektor riset dan pengabdian masyarakat, maka bidang riset UKSW mengalami lompatan kinerja dari posisinya pada klaster Binaan (terendah, 2014) ke klaster Mandiri (tertinggi, 2016) serta dari peringkat penilaian kinerja riset di posisi 287 (2014) ke posisi 20 (2006). Kinerja Pengabdian masyarakat UKSW juga berada pada klaster Sangat Baik. Capaian sektor riset ini yang kemudian membawa peringkat menyeluruh dari UKSW dalam pemeringkatan perguruan tinggi nasional pernah berada pada peringkat 39 (2016) dan 36 (2017), karena skor pada bidang-bidang lain cenderung stagnan atau bahkan menurun, kecuali bidang riset yang meningkat). Kadang sejumlah pihak lupa bahwa kinerja seperti itu dicapai pada periode di mana PR5 yang melakukan penataan dan pengembangan itu Bersama tim kerjanya adalah Rektor UKSW 2017 – 2022.

Dokumen kedua yang juga mendahului dan mendasari makalah ini adalah makalah Pemilihan Rektor periode 2017 – 2022. Saat itu penulis juga maju sebagai kandidat Bersama 3 kandidat yang mengikuti Pilrek 2017. Makalah 2017 itu memuat gagasan dan selanjutnya menjadi bagian dari upaya pengembangan UKSW pada periode 2017 – 2022 pada fondasi dan pembahasan visi dan misi UKSW yang diletakkan oleh Dr. (HC) Oeripan Notohamidjojo (Rektor 1) yang dikombinasikan dengan sejumlah referensi berisi gagasan-gagasan dan contoh pengembangan universitas dari sejumlah konteks negara. Makalah 2017 melanjutkan pemikiran yang ada pada makalah 2013 dan upaya-upaya penataan dan pengembangan yang telah dikerjakan khususnya di bidang penelitian dan pengabdian masyarakat pada periode 2013 – 2017. Fokus utama tetap berada pada konteks penguatan sistem kerja dan kinerja sektor riset. Rangkaian upaya yang dilakukan untuk maksud itu adalah di antaranya penambahan program pascasarjana (magister dan doktoral) di mana mahasiswa pascasarjana dipandang sebagai mitra penelitian yang dapat lebih berkontribusi pada penguatan sektor riset; penguatan portofolio peneliti UKSW, termasuk dengan menggunakan peneliti asing; juga investasi strategis di sektor riset. Dalam hal realisasi ke dalam program dan capaian, maka untuk penambahan program studi, program S2 yang sudah berhasil ditambahkan adalah Data Science, serta yang sedang menunggu SK izin penyelenggaraan adalah S2 Pendidikan Bahasa Inggris. Pengusulan S2 Teknik Informatika sudah dilakukan tetapi permintaan revisi masih belum dapat diselesaikan oleh FTI.

Upaya penambahan prodi diharapkan akan terus dilakukan UKSW di periode 2022 – 2027 dan seterusnya, misalnya untuk program S2 Teknik Elektro, Ilmu Lingkungan, dan sebagainya. Prodi S3 yang sudah diajukan adalah Akuntasi, tetapi belum dapat diberi rekomendasi oleh LLDikti 6 Jateng dan proses perbaikan dalam boring sedang dilakukan untuk nanti diusulkan kembali. Secara potensial, beberapa prodi S3 yang lain juga dapat didorong pengajuannya di periode depan, misalnya S3 Ilmu Hukum dan Biologi. Prodi S1 dan program Profesi yang dipandang diperlukan baik untuk pengayaan portofolio bidang keilmuan (akademik) maupun misalnya untuk kepentingan penyehatan keuangan UKSW, maka akan dibuka sesuai kebutuhan. Saat ini sedang berproses prodi S1 Bisnis Digital, Prodi Pendidikan Dokter, dan Profesi Ners. Yang akan diusulkan adalah Prodi Studi Humanitas dan kemungkinan Prodi Arsitektur. Penambahan peneliti dilakukan terutama untuk menyehatkan pemenuhan syarat dosen minimal dan rasio dosen:mahasiswa. Penggunaan tenaga asing sedang peneliti di UKSW telah dimulai di Prodi S3 Studi Pembangunan, dengan masuknya 3 peneliti hingga saat ini.

Sedangkan, investasi strategis untuk pengembangan laboratorium dikerjakan untuk bidang life and health sciences, yakni dengan pendirian Laboratorium (Deteksi) Biomolekuler, yang diajukan terutama untuk membantu pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19. Pengembangan fasilitas-fasilitas fakultas-fakultas sains dan teknik yang akan merupakan ujung tombak riset dan inovasi UKSW di masa depan direncanakan melalui pemindahan dari Kampus Diponegoro ke Kampus Notohamidjojo untuk meluaskan space pengembangan di masa depan. Rancangan saat ini masih berada dalam tahap pembuatan model pengembangan yang perlu mendapatkan persetujuan lanjut dari Pembina, termasuk di dalamnya rencana pembangunan Sci-Tech and Innovation Hub (Lab Multifungsi) yang sedang diupayakan peroleh dana pembangunan dari pihak luar negeri (melalui Bappenas).

Beberapa aspek dari gagasan pengembangan UKSW yang terdapat pada dokumen 2017 masih berada pada tahap dini yang perlu terus dikembangkan. Itu termasuk penguatan basis finansial UKSW melalui diversifikasi pendapatan UKSW, termasuk melalui fund raising dan komersialisasi asset intelektual yang UKSW miliki. Juga, proses reorganisasi UKSW untuk menyiapkan diri menjadi universitas berstandar internasional. Pengembangan skema baru paket kompensasi UKSW untuk mengantisipasi UKSW menjadi pemberi kerja bagi peneliti asing dan karenanya implikasi bagi kompensasi menyeluruh bagi semua pegawai harus dipersiapkan. Beberapa hal itu akan menopang pengembangan strategi internasionalisasi UKSW, sesuatu yang akan menjadi perhatian yang kuat pada periode 2022 – 2027. Hal-hal ini akan diuraikan lebih jauh dalam makalah ini.

Para Pembina yang saya hormati, jika di atas saya sampaikan bahwa pada 2013 – 2017 Kantor PR5 termasuk BP3M telah bekerja sedemikian rupa dan berhasil menaikkan kinerja dan posisi pemeringkatan UKSW di sektor penelitian dan pengabdian masyarakat, maka kami hendak melihat itu pertama sebagai berkat Tuhan dan karena pekerjaan banyak orang. Sebagai pengelola tugas kami adalah mengembangkan cara memerbaiki keadaan untuk memungkinkan perolehan hasil yang lebih baik. Demikian juga, ketika di periode 2017 – 2022 ini kami terus melakukan upaya dan berhasil secara umum melakukan peningkatan kinerja, walaupun dalam hal pemeringkatan masih terjadi kondisi ups and downs, maka hasil yang dicapai saat ini pun kami melihatnya sebagai hasil kerja bersama dan sekali sebagai suatu berkat yang Tuhan berikan bagi UKSW. Tidak ada maksud menepuk dada karena keberhasilan-keberhasilan yang dicapai. Hanya, rasanya ada pihak-pihak yang tampaknya hendak mengembangkan wacana yang hendak mengingkari hasil kerja kami. Jika ada yang mau lakukan itu, maka itu adalah penipuan dari keadaan sesungguhnya dan tindakan seperti itu tidak dapat dibenarkan, apalagi itu berkemungkinan dilakukan dalam kepentingan sempit dan tidak sehat untuk dan dalam proses pemilihan Rektor ini. Dalam hal itu, semangat melakukan kontestasi yang sehat jauh lebih diperlukan untuk kemajuan UKSW, bukan dengan cara-cara tidak sehat. Kami berharap Pembina dijauhkan dari jebakan berpikir seperti itu.

Memfokuskan kembali kepada gagasan mengembangkan UKSW ke depan, sebagaimana telah diajukan dalam dokumen Pilrek 2017 dan dipandang masih tepat diajukan dalam dokumen ini, maka pertanyaan pokoknya adalah, “Mau diarahkan ke mana pengembangan UKSW ke depan? Dengan menyadari bahwa sejak 2017 pertanyaan ini telah mulai dijawab, maka gagasan yang diajukan dalam dokumen 2022 ini adalah bentuk suatu bentuk keberlanjutan berpikir sejak ini. Proses transformasi di UKSW telah dan sedang berlangsung. Dokumen ini akan menghubungkan apa yang telah dikerjakan selama lima tahun ini dengan agenda kelanjutan proses transformasi ini menuju lima tahun ke depan.

Dasar dan Model Pengembangan Kelembagaan UKSW

Pengembangan UKSW ke depan harus didudukkan di atas dasar kelembagaan yang solid. Dan, dasar kelembagaan yang solid itu sesungguhnya telah ada. Namun, problem utama UKSW dalam hal itu adalah terjadinya penggerusan atas dasar-dasar kelembagaan itu dalam waktu yang tidak pendek sehingga UKSW seolah tidak memiliki bangunan operasi yang sesuai dengan dasar organisasionalnya yang kuat itu.

Dr. Oeripan Notohamidjojo telah meletakkan dasar-dasar beruniversitas di UKSW selama kurang lebih 17 tahun kepemimpinannya di awal kehidupan UKSW. Pertama, pada 17 Oktober 1956 saat memberikan khutbah dalam ibadah pembukaan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen Indonesia (PTPGKI), pak Noto meletakkan dasar atau asas pertama UKSW, yakni kedaulatan Tuhan (asas soverenitas). Dengan mengutip Amsal 1: 7a, Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, beliau mengatakan itulah dasar beruniversitas UKSW, bukan dasar yang lain. Lebih jauh, ketika di 1959 beliau mengajukan Satya Wacana sebagai nama Universitas ini, maka itu adalah turunan dari pengakuan kedaulatan Tuhan itu. Tuhan yang berdaulat itu adalah Dia yang merupakan pengundang-undang tertinggi. Inilah yang menjadi asas kedua UKSW, normativitas. Manusia dapat menjadi pembuat undang-undang atau regulasi, termasuk di YPTKSW dan UKSW, tetapi manusia pembuat regulasi harus tunduk pada kedaulatan Tuhan dan titah-titah Tuhan sebagai hukum tertinggi. Itulah mengapa nama Universitas ini diajukannya Satya Wacana, Setia Kepada Firman Tuhan. Kedua dasar tersebut memberi footing yang solid dan yang harusnya membedakan UKSW dari komunitas akademik yang tidak serupa dasarnya. Karakteristik akademisi dan pegawai pendukung akademik di UKSW dan karenanya seluruh kehidupan akademik dan non-akademik di UKSW harusnya merefleksikan dua pengakuan itu. Namun, jika misalnya di Fakultas Teologi UKSW pernah diajarkan bahwa Yesus Kristus bukan Tuhan, sekalipun itu hal yang biasa saja di universitas-universitas tertentu di luar negeri, maka kejadian seperti itu tidak dibenarkan ada di UKSW yang berasaskan soverenitas dan normativitas. Namun, tidak hanya soal pengajaran akademik yang tidak sesuai seperti itu yang tidak pantas ada di UKSW, perilaku-perilaku menyimpang, apalagi perilaku penyimpangan yang serius, apalagi yang disengaja untuk merugikan UKSW, semua tidak dapat dibenarkan. Namun, hal-hal itu pernah ada, terjadi, dan tidak mendapatkan tanggapan serius. Yang meminta tanggapan serius malah mungkin dianggap sebagai pengganggu ketenangan. Kedua asas itu harusnya akan berimplikasi serius dalam pembangunan budaya akademik dan budaya organisasi di UKSW. Hal ini akan dijelaskan dalam strategi pengembangan organisasi (organizational development) UKSW yang akan dikerjakan di periode 2022 – 2027, bilamana penulis dipercaya kembali menjadi Rektor UKSW untuk periode yang kedua.

Dasar ketiga, aktualitas, serta dasar keempat, sosiabilitas, memberi fondasi bagi tugas dan karenanya karya atau tindakan misioner UKSW. UKSW ada untuk bertindak, bersaksi melalui perbuatan. Jika menilik maksud awal pendirian UKSW oleh Pdt. Basoeki Probowinoto, maka UKSW hadir untuk mengawal dan membangun Republik Indonesia yang baru merdeka, terutama melalui pelayanan pendidikan tinggi. Meletakkan maksud asali itu ke dalam rumusan misi (reason to exist) formal awal yang dirumuskan oleh pak Noto (Pidato Dies 30 November 1956), maka ada empat (catur rupa) tugas UKSW, yakni:

  1. memelihara dan mengembangan ilmu pengetahuan, mencari kebenaran yang berdaulat yang mentransendensikan manusia, bangsa, dan negara;
  2. mendidik para mahasiswa untuk menjadi pengabdi kebenaran, menggiatkan hasrat studi para mahasiswa, membangkitkan budi yang kritis;
  3. mendidik pemimpin akademik, menjadi pengabdi masyarakat dan warganegara yang jujur;
  4. melanjutkan dan mewariskan kebudayaan.

Di atas dasar dan misi yang seperti itu, apa yang dikerjakan UKSW dalam pelayanan pendidikan tinggi di Indonesia harus ditempatkan dalam konteks kehadirannya, yakni berdimensi ruang (di sini, di Indonesia) dan juga berdimensi waktu (kini). Dimensi-dimensi kontekstual itu (ruang dan waktu) tentu bersifat dinamis dalam setting pergerakan sejarah, tetapi juga bersifat menghubungkan masa lampau ke masa depan. Keterhubungan itu menghubungkan komitmen dan nilai dasar UKSW dengan dinamika perkembangannya, termasuk dalam upaya penyesuaian dengan dinamika lingkungan sekitarnya, khususnya dunia pendidikan tinggi di Indonesia dan internasional.

Dengan menyatakan itu, saya memandang bahwa pengembangan UKSW ke depan, sekali lagi, harus duduk di atas fondasi kelembagaan yang solid yang sudah diletakkan oleh pak Noto, dan dikuatkan oleh Rektor-Rektor penerusnya. Komitmen menghubungkan fondasi kelembagaan dengan perkembangan UKSW ke masa depan tidak boleh ditawar-tawar. Menganggap remeh itu akan menjadi costs bagi UKSW dalam perkembangannya. Tidak ada organisasi hebat yang bertumbuh di atas kerapuhan fondasi keorganisasian (bdk. Collins dan Porras, 1989, Built to Last).

Dengan pandangan seperti itu, dan kembali kepada fondasi keorganisasian, maka pertumbuhan UKSW ke depan harus duduk kuat di atas nilai-nilai yang diyakini oleh para pendiri Universitas ini, termasuk dan terutama pak Noto. Beberapa nilai inti organisasi telah tersurat dalam rumusan tugas universitas di atas, atau dalam tulisan aslinya. Saya menuliskan kembali nilai-nilai itu, yakni kebenaran, kejujuran, kekhidmatan (rasa hormat, yang saya lanjutkan implikasinya kepada sikap kesungguh-sungguhan), kerendahan hati, pengabdian. Pak Noto sedikit menguraikan maksudnya dengan beberapa nilai itu pada Pidato Dies 1961. Siapapun mungkin bisa menambah-nambah nilai apapun yang baik pada core values UKSW. Namun, yang saya mau sampaikan, itulah nilai-nilai inti yang historis, yang sudah disemaikan oleh para pendiri dan yang telah mewarnai karakter Universitas ini puluhan tahun, walaupun tadi saya mengindikasikan telah mengalami penggerusan dari waktu ke waktu. Saya katakan demikian, karena seolah di Universitas ini tidak sedikit pihak takut berbicara kebenaran. Pembalikan kebenaran bahkan kadang dilakukan pihak tertentu dan sayangnya diterima oleh pihak pendengar. Kejujuran karenanya menjadi makin mahal. Tidak sedikit orang lebih suka dengar rumours dan kadang lari dari upaya konfrontasi kebenaran dengan sikap jujur. Itu hanya contoh penggerusan yang dimaksud. Dengan mengatakan demikian, selaku Rektor incumbent saya bisa dipertanyakan dan dipersalahkan. Lalu, apa yang Saudara (saya) buat, kalau Saudara klaim demikian? Jika ditanya seperti itu, saya hanya hendak menjawab seperti ini, kita (semua warga UKSW, bahkan bersama YPTKSW) bisa bicarakan hal seperti ini dengan jujur dan dalam kerendahan hati. Pertanyaan saya, are we willing to do that? Saya khawatir kita belum siap dan saya memersepsi demikian, sehingga apa yang saya lakukan adalah menyelipkan pesan-pesan melalui berbagai media, termasuk melalui sistem dan aktivitas manajemen keuangan yang lebih ketat.

Jika dasar-dasar dan nilai-nilai sebagai fondasi organisasional sudah seperti itu, maka model beruniversitas macam apa yang sudah UKSW bangun dari awal? Pertanyaan diajukan seperti itu karena warisan kelembagaan dan historis yang telah dibuat itulah yang membuat UKSW = UKSW. UKSW bukan lembaga pendidikan tinggi yang lain. Sebagai seorang analis organisasi (a scholar of organization studies), apalagi seorang analis kelembagaan, saya jelas menerima sepenuhnya bahwa ciri kelembagaan dari suatu tatanan kelembagaan akan terjaga oleh organisasi-organisasi serupa. Dalam hal ini kita bicara universitas sebagai sebuah tatanan kelembagaan spesifik dan karena itu ciri-ciri kelembagaan universitas yang dibangun dari universitas-universitas awal (Bologna, Paris, Cambridge, Oxford misalnya), bahkan lembaga proto-universitas (misalnya lyceum, academia di masa Yunani Kuno), pasti akan terwariskan kepada apapun lembaga manapun yang disebut universitas. Ini dapat kita lihat dari penggunaan konsep-konsep beruniversitas yang pak Noto pakai dalam membangun model visioner beruniversitas untuk UKSW (sejak PTPGKI). Itu terumuskan dalam pernyataan visi UKSW, apa yang dulu pak Noto sebut sebagai fungsi universitas. Berikut saya tuliskan kembali fungsi atau visi UKSW menurut pak Noto (Pidato 30 November 1961. Visi resmi UKSW adalah sebagaimana tertuang dan silahkan dibandingkan dalam dokumen-dokumen resmi UKSW), yakni:

  1. UKSW adalah universitas scientiarum, suatu persekutuan/lembaga ilmiah;
  2. UKSW adalah universitas magistrorum et scholarium, suatu persekutuan antara magistri (ahli) dan mahasiswa, dengan perkataan lain suatu lembaga pendidikan;
  3. UKSW adalah lembaga pembinaan ahli-ahli, pelayan-pelayan masyarakat Indonesia.

Rektor Notohamidjojo selalu berpikir kontekstual, termasuk bagaimana universitas berhadapan dengan tantangan zaman. Beliau misalnya memahami konteks transisional Indonesia yang baru merdeka sebagai zaman yang dihadapi olehnya sebagai Rektor pertama UKSW. Dengan memahami pentingnya cara berpikir kontekstualis seperti itu, maka diperlukan upaya melakukan kontekstualisasi visi UKSW. Jika ini saya sebut sebagai model beruniversitas, maka dalam tantangan zaman yang dihadapi saat ini dan model beruniversitas yang dikembangkan dan diwariskan oleh pak Noto itu perlu dimaknai kembali sesuai karakteristik konteks zaman ini dan ke depan. Untuk itulah sejak 2019, sebagai Rektor 2017 – 2022 saya mencoba melakukan rekonseptualisasi sekaligus rekontekstualisasi atas model beruniversitas UKSW itu, untuk menjadi dasar bagi upaya pengembangan UKSW ke depan. Berikut Sebagian kutipan dalam Pidato Dies Natalis 2019 tentang hal tersebut,  

“Konsep kita dalam memandang apa itu sebuah universitas di era yang sangat ditentukan oleh kemajuan sains karenanya adalah, pertama, bahwa UKSW adalah penyerap, peramu, serta penghasil pengetahuan yang menjalankan fungsi produksi dan reproduksi pengetahuan secara kritis, prinsipiil, dan kreatif berbasiskan nilai-nilai utama yang diyakini olehnya, yakni kasih, keadilan, dan kebenaran. Peran ini menempatkan bidang riset sebagai dominant engine dari perkembangan UKSW ke depan. Kedua, bahwa berbasiskan modal pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dimilikinya, UKSW menempatkan diri sebagai bagian dari kekuatan pembaharu kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, baik pada tingkat nasional maupun bilamana dimungkinkan pada tingkat regional maupun global, melalui pelaksanaan tridarma perguruan tinggi. Ketiga, menjalankan perannya sebagai pembaharu dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi, maka secara internal UKSW karenanya harus menjadi inovator kehidupan beruniversitas, termasuk inovator pedagogis yang mendorong tercapainya keunggulan dalam bidang pengajaran yang berbasiskan pada inclusive pedagogical principles or philosophies sekaligus juga bersikap cukup pragmatis dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikannya. Keempat, dalam menjalankan fungsi-fungsi akademiknya sebagai perguruan tinggi, UKSW tetap berposisi sebagai sebuah komunitas magistrorum et scholarium, yang menempatkan mahasiswa dalam posisi peran yang penting dalam proses olah dan diseminasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni-budaya. Menempatkan pemahaman-pemahaman tersebut ke dalam konstelasi dunia yang berubah dan makin dicirikan oleh kekuatan teknologi yang memungkinkan konektivitas secara terbuka dan mengglobal, maka kelima, sebagai sebuah komunitas ilmiah UKSW adalah a global networker, yang terhubung dan menghubungkan berbagai pihak yang memiliki dan mau melakukan pertalian relasi kepentingan yang saling menghormati dan memberdayakan dalam satu tujuan bersama untuk mengupayakan kemanfaatan kemanusiaan yang sebesar-besarnya dan sustainable, terutama bagi para pemangku kepentingan yang cenderung terpinggirkan di dalam kehidupan bersama umat manusia. Jika secara konseptual kita dapat berterima terhadap model beruniversitas yang seperti itu, maka transformasi UKSW sebagai universitas akan menjadi lebih mudah karena kita semua dapat menjadi  inisiator, penggerak, evaluator, dan penyelaras yang secara kontinu bergerak menuju pencapaiannya.”

Jika itu dapat diterima sebagai suatu bentuk envisioned future dari UKSW menurut model beruniversitas yang diharapkan terbentuk pada dirinya, maka model seperti itu menunjukkan interaksi dari model berpikir yang sangat berciri UKSW, tepatnya Notohamidjojo-an, dengan ciri-ciri lingkungan yang UKSW sedang akan hadapi ke depan.

Di atas saya sempat mengatakan bahwa UKSW tidak mungkin terlepas dari ciri-ciri kelembagaan yang melekat pada universitas sebagai institusi global. Perkenankan karenanya saya mengutip juga penjelasan Cardinal John Henry Newman tentang apa itu universitas, untuk melihat bagaimana UKSW juga berproses dalam pengembangan dirinya dalam kesesuaian dengan gagasan universal tentang universitas. Begini kata Newman (dikutip dalam Boulton & Lucas, 2002, What is a University For),

“A University is a place … whither students come from every quarter for every kind of knowledge; … a place for the communication and circulation of thought, by means of personal intercourse.  …It is the place to which a thousand schools make contributions; in which the intellect may safely range and speculate. It is a place where inquiry is pushed forward, … discoveries verified and perfected, and … error exposed, by the collision of mind with mind, and knowledge with knowledge. … Mutual education, in a large sense of the word, is one of the great and incessant occupations of human society. … One generation forms another.… We must consult the living man and listen to his living voice, … by familiar intercourse …to adjust together the claims and relations of their respective subjects of investigation. Thus is created a pure and clear atmosphere of thought, which the student also breathes.”

Tampak dalam pandangan Newman bahwa dalam universitas ada upaya-upaya konstan untuk mengembangkan dan mengomunikasikan pengetahuan (pemikiran) secara bebas di berbagai bidang keilmuan. Dalam aktivitas itu, spekulasi pemikiran adalah kendaraan menuju kemajuan pengetahuan, sekalipun semua harus berbasis temuan ilmiah (inquiry, discoveries). Perbedaan pemikiran (collision of mind with mind) adalah bagian dinamis dari kehidupan universitas. Dari proses-proses yang demikian, universitas mewariskan tradisi ilmiah (one generation forms another). Mahasiswa lintas generasi datang dan hidup di dalam universitas, merasakan atmosfir ilmiah yang murni dan bebas seperti itu (pure and clear atmosphere of thought).

Pandangan seperti itu ditangkap oleh pak Noto ke dalam konsep universitas scientiarum dan universitas magistrorum et scholarium, model pendidikan liberal arts yang membentuk creative minority, yang melakukan tugas-tugas ilmiah untuk selanjutnya menjadi pelayan-pelayan yang selalu memberi kritik yang konstruktif kepada stakeholders. Jadi, dalam universitas yang sehat berpikir kritis adalah bagian dari kesehatan kehidupan beruniversitas. Kegagalan memahami apa itu universitas akan “mematikan” universitas atau menjadikan universitas lebih menyerupai lembaga yang berbeda, mengingkari jatidirinya.

Saya akan menyajikan apa yang telah dikerjakan dalam periode 2017 – 2022 untuk mencapai profil universitas yang diajukan itu dan upaya melanjutkan itu pada periode 2022 – 2027. Namun, sebelum menyampaikan itu, saya memandang perlu untuk menyampaikan terlebih dahulu tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan tinggi Indonesia dan global, juga dalam konteks lingkungan yang lebih luas (nasional dan internasional) yang terus berubah (changing environment).

Tantangan-Tantangan yang Dihadapi Universitas

Menggunakan projeksi masa depan yang dibuat oleh berbagai pihak tentang masa depan, universitas menghadapi tantangan-tantangan besar dalam memainkan perannya sebagai produsen ilmu pengetahuan dan teknologi maju serta sebagai komunitas pembentukan kualitas warga negara yang sesuai dengan karakteristik zamannya. Universitas karenanya merupakan mesin pertumbuhan dan kemajuan bangsa dan masyarakat. Secara umum kita lazim mendengar tantangan kita memasuki era industri 4.0 dan masyarakat 5.0 yang bercirikan kecanggihan teknologi, baik itu penggunaan robotika serta kecerdasan buatan lainnya, maupun aspek-aspek kehidupan yang terhubung melalui internet (internet of things). Namun, gambaran lebih spesifik misalnya diberikan oleh majalah New Scientist (2016). Menurut projeksi berbasis perkembangan sains dan teknologi yang terjadi saat ini, New Scientist memprojeksikan bahwa pada 2076, “machines will outsmart” manusia. Itu menunjukkan kemajuan teknologi artificial intelligence akan memampukan robot dan mesin-mesin cerdas memiliki tingkat kecerdasan yang makin tinggi. Dalam sejumlah hal, AI akan lebih cerdas dari manusia. Ini merupakan suatu tantangan kemanusiaan, bagi universitas tentu saja. Universitas-universitas akan menjadi bagian dari yang memungkinkan itu terjadi, tetapi sekaligus harus memitigasi dampak buruk bagi masyarakat dan manusia secara individu. Penggunaan robotika dan mesin-mesin cerdas bagaimanapun akan mempenetrasi kehidupan kita dan membutuhkan kesiapan kita.

Juga diprojeksikan oleh New Scientist, di bidang kosmologi (ilmu tentang alam semesta), apa yang dibayangkan oleh Albert Einstein dengan persamaan Tuhan (the God equation) atau Stephen Hawking dengan pikiran Tuhan (the mind of God) atau apa yang lazim dikenal oleh para ilmuwan sebagai the (unified) theory of everything diperkirakan sudah akan terjawab. Ini tampak sebagai sebuah optimisme yang tinggi karena teori-teori yang ada saat ini, misalnya Teori Dawai (String Theories), masih belum cukup memuaskan walau para pendukungnya optimis teori ini adalah jawabannya. Apa implikasi dari perkembangan ini? Implikasi potensial yang tidak mudah dari perkembangan sains dan teknologi super canggih adalah pada gangguannya ke ruang iman (faith). Ketegangan antara iman dan ilmu bukan persoalan baru. Itu sudah menjadi bagian dari sejarah masyarakat, sejarah agama-agama, terutama agama Kristen. Selaku Rektor, pak Noto telah mengantisipasi itu puluhan tahun lalu. Kini dan ke depan, ketegangan ini saya bayangkan akan makin keras. UKSW, YPTKSW, dan gereja-gereja harus well-educated dalam urusan ini. Tidak bisa persoalan ini disepelekan. Oleh karena itu, sejak 2018 UKSW telah mengambil posisi untuk memersiapkan warganya memasuki ruang pergulatan iman dan ilmu ini, misalnya dengan mendirikan Pusat Pengembangan Pemikiran Kritis di 2018 dan khususnya memulai dialog-dialog relasi iman dan ilmu pengetahuan, dengan sejauh ini mendatangkan Dr. Karlina Supeli (2019, STF Driyarkara), Prof. Em. John Lennox (2020, University of Oxford), dan Prof. James Tour (2021, Rice University). Kajian ini ke depan akan dikawal oleh Prodi Studi Humanitas (Liberal Arts), yang kini masih menunggu pembukaan SIAGA Diktiristek untuk pengajuan dokumen pengusulan pembukaannya, yang telah mendapatkan rekomendasi LLDikti 6 Jateng.

Projeksi ketiga yang dibuat oleh New Scientist adalah bahwa sejumlah negara di dunia ini sudah akan berhasil mengembangkan dan menggunakan teknologi matahari buatan untuk menjadi sumber energi berskala besar dan bersih. Teknologi ini berbasis reaksi nuklir fusi, sebagaimana reaksi yang terjadi di matahari. Contohnya, negara Asia seperti China dan Korea Selatan telah melakukan ujicoba tokamak mereka dan berhasil menghidupkannya beberapa detik hingga menit. Panas yang dihasilkan adalah sekitar 7 kali panas inti matahari. Itulah mengapa dikatakan ini energi berskala besar. Indonesia adalah negara dengan kebutuhan energi yang sangat besar (ke depan akan makin besar) tetapi dengan supplai terbatas. Karena itu, sering terjadi pemutusan aliran listrik. Banyak daerah masih belum mendapatkan supplai listrik yang memadai. Sumber energi kita terutama masih berbasis bahan baku fosil yang mengganggu lingkungan. Jika energi baru dan terbarukan sudah mulai dikembangkan, maka masih pada skala kecil hingga menengah. Energi potensial dari nuklir fisi masih dianggap riskan tetapi mulai dikembangkan oleh Pemerintah, terutama di Kalimantan Barat. Karena itu, tantangan memasuki energi nuklir fusi yang massif dan bersih menjadi kebutuhan potensial Indonesia. Namun, teknologi tokamak dan riset fisika partikel yang rasanya menjadi basis krusial untuk memasuki adopsi dan penggunaan teknologi ini hampir belum berkembang di Indonesia. Bersama-sama dengan projeksi pengembangan teknologi superkonduktor, maka ada potensi persoalan kelistrikan dapat diatasi pada waktunya. Hal-hal tersebut ditambah juga dengan perkembangan sains dan teknologi di bidang rekayasa iklim, dibayangkan bahwa problem climate change juga dapat diatasi, sekalipun dinilai masih ada kemungkinan kerentanan persoalan tertentu. Kemajuan sains dan teknologi seperti itu suatu tantangan tersendiri sebagai bangsa, juga bagi kaum ilmuwan Indonesia, termasuk di UKSW. Itulah mengapa UKSW membayangkan memasuki fase lompatan pengembangan ilmu pengetahuan di antaranya dengan mengembangkan fasilitas maju untuk fakultas-fakultas sains dan teknologi di Kampus Notohamidjojo.

Projeksi keempat yang memiliki implikasi yang serupa dengan projeksi nomor dua di atas adalah akan hadirnya bentuk-bentuk kehidupan buatan yang manusia hasilkan (human-made life forms). Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang biologi, kimia, kesehatan pada tingkat nano-meter (nano science and technologies) akan mencapai level sofistikasi tertentu. Molekul buatan mungkin sudah akan dapat dihasilkan. Saat ini, rekayasa genetika sudah dapat dilakukan. Dulu manusia sudah bisa menghasilkan domba Dolly. Belakangan, genetically engineered animals sudah lebih lazim misalnya pada sapi, babi, ayam, dan kambing. Saat ini ilmuwan di China telah mencangkokkan gen otak manusia ke monyet. Ke depan, kita akan berhadapan dengan komplikasi yang lebih tinggi dalam hal ini. Di samping urusan kemajuan sains yang UKSW harus mau tidak mau mengikuti perkembangan seperti itu, maka tanggung jawab iman dalam mengawal kemajuan ilmu pengetahuan adalah bagian dari panggilan eksistensial UKSW.

Eksplorasi ruang angkasa juga diprojeksikan oleh New Scientist. Dan, projeksi kelima mereka adalah bahwa manusia berkemungkinan sudah akan bisa pergi ke planet Mars. Bukan hanya itu, manusia mungkin sudah akan bisa tinggal (beberapa waktu) di Mars, sama seperti di Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station) di ruang angkasa. Ini merupakan bagian dari projeksi besar untuk mencari planet baru sebagai tempat hidup manusia, jika Bumi dinilai tidak akan layak lagi untuk menjadi tempat tinggal manusia. Ini kebudayaan baru, peradaban antar planet. Secara sains dan teknologi, itu sangat mungkin dicapai. Namun, sekali lagi, implikasi dari kemajuan seperti itu pada pandangan teologis kita tentang manusia dan kehidupannya di Bumi akan mengalami gangguan yang signifikan.

Keenam, dengan kemajuan di bidang genetika dan teknologi kesehatan yang makin canggih, maka New Scientist membayangkan bahwa manusia hasil rekayasa genetika pun sudah akan ada di sekeliling kita. Ini masih dalam peta pergumulan yang sama bagi UKSW. Projeksi yang lain adalah tentang makin mudahnya manusia menciptakan sesuatu yang diperlukannya karena kemajuan teknologi. Ini punya implikasi pada daya tahan masyarakat karena seolah segala sesuatu makin mudah. Di persoalan kemasyarakatan, laju pertumbuhan penduduk yang rendah, bahkan bisa jadi defisit pertumbuhan yang dapat di negara-negara tertentu, ditambah kemudahan dukungan teknologi, termasuk robotika, untuk menggantikan peran manusia, ini akan menciptakan problem sosial yang tidak mudah. Karena itu, New Scientist memprojeksikan persoalan peradaban yang rapuh (fragile civilization).

Di atas bayangan kemajuan sains dan teknologi seperti itu, masyarakat dunia bagaimanapun melihat datangnya persoalan kesehatan seperti munculnya virus SARS-CoV2 seolah dapat meruntuhkan peradaban. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia selama dua tahun lebih ini menunjukkan cukup rentannya kehidupan kita di hadapan persoalan seperti ini. Masih diperdebatkan apakah SARS-CoV2 asalnya adalah alam atau merupakan hasil rekayasa genetik di laboratorium. Temuan baru-baru ini bahwa unsur genetika di spike protein SARS-CoV2 serupa dengan apa yang ditemukan dengan materi genetic yang ada (beberapa tahun lalu) di lab salah satu perusahaan penghasil vaksin Covid-19 mengingatkan kita akan persoalan etika dan moralitas yang tidak mudah dimengerti dan karenanya dijawab. Namun, dampak-dampak dari pandemic Covid-19 bersifat massif dan global. Perekonomian dunia lumpuh atau melemah dihantamnya. Di tingkat perguruan tinggi, sejumlah perguruan tinggi dilikuidasi. Banyak perguruan tinggi memberhentikan dosen dan karyawan lainnya. Ini juga dikarenanya ketergantungan pada mahasiswa asing padahal Covid-19 menghambat mobilitas global dari penduduk dunia. Memang pandemic Covid-19 juga menstimulasi sejumlah perkembangan baik, seperti kemunculan aktivitas-aktivitas, misalnya pendidikan maupun bisnis, di atas platform digital. Namun, persoalan di seputar aktivitas digital, termasuk kuliah daring, inipun tidak sedikit. Mengutip pandangan Prof. Brian Smith, Rektor Australian National University, Martin Vetterli, Rektor Ecole Polytechnique Federale de Lausanne, juga Sir Anton Muscatelli, Rektor University of Glasgow di Times Higher Education, masih ada banyak persoalan dengan pembelajaran daring. “… the pandemic has made it clear that active learning – which focuses on students interacting with their teachers and peers – must be even more central to education at the institution, ” ungkap Muscatelli, menggambarkan pentingnya interaksi fisik di kampus, yang lebih lanjut katanya, “cannot be replaced by online experience.” Ini pandangan mereka yang secara teknologi dan pedagogi lebih maju dari kita di Indonesia. Karena itu, dampak negatif dari pandemi Covid-19 lebih besar dari dampak positifnya. Banyak tatanan kelembagaan yang terdisrupsi luar biasa di masa pandemi ini.

Di Indonesia, sekalipun kemajuan ekonomi makin terasa, namun secara umum, tingkat kemajuan yang telah dicapai masih signifikan tertinggal dibanding negara-negara maju atau negara berkembang yang sedikit di atas kita, terutama dari sudut kualitas dan distribusi infrastruktur pembangunan secara merata, termasuk di sektor energi, listrik, dan digital. Belum lagi, sekalipun sudah dihantam Covid-19 sedemikian rupa, Indonesia masih ditingkahi oleh problem-problem sosial kultural yang signifikan, di antaranya politik identitas, yang bahkan kadang menggangu identitas kebangsaan. Belum lagi kita berbicara tentang problem lingkungan yang tampak serius di sejumlah persoalan iklim akhir-akhir ini, berupa badai tropis, hujan lebat, gempa bumi, dan banjir besar. Ini persoalan-persoalan yang bagaimanapun membutuhkan respon kemajuan di sektor sains dan teknologi untuk menghadapi, paling tidak meminimalkan, persoalan-persoalan tersebut dan efek-efeknya.

Dalam hal menghadapi tantangan global, yang akan juga menjadi tantangan nasional termasuk di dalamnya science and technological gap antar elemen masyarakat, ditambah lagi dengan problem dan tantangan internal Indonesia yang demikian, tampak di sisi sebaliknya banyaknya muatan problematik dalam sektor pendidikan tinggi Indonesia dalam transformasinya menuju masyarakat sains dan teknologi maju. Pemerintah tampaknya belum menyadari pentingnya melakukan investasi serius dalam pembangunan sains maju di Indonesia. Pemerintah Indonesia tampak pragmatis. Kita tidak melihat apa yang terjadi di China, bahwa kemajuan yang dicapai China hari ini adalah bagian dari investasi kultural, termasuk di sektor pendidikan tinggi, yang cukup sistematis dan karenanya besar. China membangun dunia sains-nya dengan serius. Mereka bermimpi menjadi nomor 1 dunia dalam hal kemajuan sains dan teknologi. Tanpa komitmen dan program yang serius dari Pemerintah untuk investasi memajukan sains, perguruan tinggi secara individual akan mengalami kendala sistematis untuk bergerak ke sana. Bahwa hari ini UKSW komit untuk bergerak ke sana, UKSW tidak punya cukup resources untuk mengembangkan diri memasuki era kemajuan sains dan teknologi. Namun, sebagai komitmen yang krusial diambil, sebagai Rektor UKSW, itu telah saya ambil, di antaranya dengan memajukan sektor riset UKSW sejak 2013 menjadi PR5, demikian juga sampai saat ini, termasuk dengan rencana membangun Kampus Notohamidjojo sebagai kompleks sains dan teknologi (maju) di UKSW.

Upaya UKSW Mengembangkan Diri Selama Ini

Menyadari tantangan yang begitu besar bukan saja bagi UKSW tetapi bagi bangsa Indonesia yang menuntut respon dari pihak universitas atau pendidikan tinggi, maka Langkah-langkah UKSW mengembangkan dirinya kami pandang telah cukup terarah ke pemenuhan baik model beruniversitas yang dibangun dari semula dan yang direkontekstualisasi belakangan ini maupun untuk merespon tantangan-tantangan yang sebagai telah diungkapkan di atas. Untuk menguraikan hal-hal yang telah dilakukan UKSW, maka saya memasukkan apa yang telah mulai saya kerjakan melalui Kantor PR5 sejak periode 2013 – 2017, karena ada beberapa langkah dan hasil penting di periode itu di sektor riset dan pengabdian masyarakat UKSW yang saya pimpin sebagai bagian dari kepemimpinan Rektor Titaley. Namun, pertama saya sajikan dulu gagasan transformasi UKSW yang ada pada dokumen Pilrek 2013, sebagaimana tabel di bawah ini.

Periode 2013 – 2017

Logika pengembangan yang dipakai pada 2013 adalah konsolidasi organisasi merupakan basis peningkatan kinerja UKSW menuju transformasi UKSW menjadi universitas riset yang entrepreneurial. Peningkatan kinerja UKSW akan membantu UKSW untuk lebih mudah mengembangkan jejaring internasionalnya, untuk selanjutnya dapat memanfaatkan resources global untuk terus meningkatkan kinerja UKSW, sampai UKSW bisa diakui sebagai salah satu perguruan tinggi berstandard internasional, masuk dalam pemeringkatan dunia menurut Times Higher Education. Dengan kemajuan kinerja terutama di sektor riset sehingga UKSW dapat mengakumulasi asset intelektualnya dengan lebih solid, maka fase komersialisasi asset intelektual sebagai sumber pendapatan UKSW dapat dilakukan dengan baik.

Lalu, apa yang telah saya lakukan melalui Kantor PR5? Dalam presentasi Pilrek 2017, beberapa hal telah saya kemukakan, di antaranya penataan kelembagaan di sektor yang dilakukan di periode 2013 – 2017 untuk maksud pembangunan kapasitas kelembagaan dan untuk menjadi basis bagi peningkatan kinerja secara berkelanjutan ke depan. Gambar di bawah adalah dari materi presentasi Pilrek 2017, berisi pendirian sejumlah lembaga penopang sektor riset yang dibentuk di bawah Kantor PR5.

Gambar berikutnya adalah upaya untuk mengidentifikasi bidang-bidang keilmuan yang dapat disebut sebagai keunggulan atau kekuatan sektor riset UKSW. UKSW memiliki resources yang terbatas, termasuk financial resources untuk mendorong kinerja UKSW. Karena itu, UKSW harus cukup cerdik dalam memilih bidang mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu, selanjutnya menjadi penarik gerbong yakni bidang-bidang yang lain. Strategi ini juga menjadi penting dalam setting pengembangan kerjasama internasional karena pihak mitra asing cenderung ingin bekerjasama dengan bidang-bidang keilmuan unggulan pada mitra kerjasamanya. UKSW menggunakan sistem klasifikasi bidang riset yang dipakai oleh Australia dan Selandia Baru untuk menghasilkan bidang-bidang yang dapat disebut centers of excellence di UKSW.

Di periode 2013 – 2017 itu pula, karena adanya kesempatan, maka telah juga dilakukan sejumlah langkah pengembangan jejaring kerjasama internasional, walaupun masih terbatas pada sejumlah negara dan lembaga mitra. Ini di antaranya dilakukan dengan menghidupkan kembali kerjasama lama yang sempat mengalami kemunduran dalam relasi, misalnya dengan Vrije Universiteit Amsterdam dan Bread for the World Jerman, saat saya memimpin tim Pembina (5 orang) yang melakukan studi banding di Belanda dan Jerman, pada 2014.

Upaya yang dibayangkan harus dilakukan UKSW dalam rangka penguatan sektor riset adalah menambah jumlah program studi, jumlah mahasiswa (termasuk mahasiswa pascasarjana), serta implikasinya pada jumlah dosen sebagai peneliti. Projeksi dalam tabel di bawah ini dimuat dalam Rencana Induk Penelitian (RIP) UKSW 2015 – 2020. Membesarnya angka jumlah peneliti (termasuk mahasiswa pascasarjana yang mayoritas studinya ditempuh melalui riset, higher degree research students), dipandang akan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas sektor penelitian UKSW.

Dalam hal projeksi jumlah mahasiswa S1, UKSW telah dapat memenuhi target yang diprojeksikan ke 2025 pada posisi saat ini. Ini dapat dilihat secara factual pada trend peningkatan mahasiswa baru yang diterima UKSW sejak 2018, ketika kepemimpinan 2017 – 2022 memulai tahun pertama pelayanannya. Peningkatan jumlah mahasiswa yang cukup konstan di sepanjang 4 tahun ini dicapai bahkan di saat kami meningkatkan passing grade dalam seleksi mahasiswa baru. Jadi, peningkatan jumlah mahasiswa tidak terjadi dengan jalan menurunkan kualitas input mahasiswa.

Hasil yang dapat dicapai di 2013 – 2017, khususnya di sektor riset, harus disyukuri. Dalam hal peringkat dan klaster riset UKSW, kedua tabel di bawah menunjukkan hasil signifikan yang dicapai Kantor PR5. Dari posisi 287 dan klaster Binaan UKSW dapat dinaikkan ke posisi 20 dan klaster Mandiri.

Posisi riset UKSW di 2014

Posisi UKSW di 2016

Periode 2017 – 2022

Dengan apa yang dilakukan di 2013 – 2017 menjadi fondasi baik bagi pergerakan lanjut dalam transformasi UKSW menjadi universitas riset – entrepreneurial (3rd Generation University). Di sektor riset, UKSW bermaksud untuk terus menguatkan kinerja dan posisi pemeringkatan, sebagaimana rancangan yang dibuat di 2017 pada tabel di bawah. Rancangan penguatan sektor riset sebagaimana yang dipresentasikan dalam Rapat Pembina Pemilihan Rektor 2017 tersebut bagaimanapun telah mengalami modifikasi dalam Renstra UKSW 2017 – 2022, dengan mengakomodasi aspirasi baru yang dibawa oleh PR5 saat ini.

Dalam realitas kinerja sektor riset terus mengalami peningkatan. Namun, posisi peringkat UKSW di sektor riset sebaliknya mengalami tekanan dari waktu ke waktu, terutama disebabkan oleh kemampuan sejumlah perguruan tinggi lain, terutama PTN, yang tadinya berada di bawah posisi UKSW kini dapat meningkatkan posisinya di atas UKSW. Tabel di bawah menunjukkan kenaikan kinerja yang steady dari 2017 ke 2019. Penurunan kinerja di 2020 dan khususnya di 2021 diakibatkan oleh kondisi pandemi Covid-19, apa yang juga dialami dalam kinerja total publikasi Indonesia. Namun, secara umum, upaya yang dilakukan di periode 2017 – 2022 ini dapat dikatakan mampu meningkatkan secara signifikan kinerja riset, terutama publikasi, terutama publikasi internasional UKSW (posisi 27 Februari 2022), beserta sitasi atasnya. Peningkatan total publikasi juga dapat melampaui target rasio 1 dosen berbanding 1 publikasi (posisi 2015 1 : 0,5; 2019 sudah 1 : 1,2).

Penataan lanjut di Kantor PR5 untuk terus menguatkan tidak hanya sektor riset tetapi juga sektor inovasi dan pengabdian masyarakat terus dilakukan. Secara kelembagaan, biro-biro di bawah Kantor PR5 diredesain dari Biro Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (BP3M) dan Biro Inovasi Riset (BIR) menjadi Biro Penelitian dan Publikasi (BPP), Biro Inovasi dan Inkubasi (BII), serta Biro Pengabdian Masyarakat (BPM). Perubahan ini telah mendinamisasi kegiatan dan output kinerja di Kantor PR5. BII telah mendorong hilirasi atau komersialisasi asset-aset intelektual UKSW. BPM telah mendinamisasi kegiatan-kegiatan pengabdian masyarakat, menambah apa yang sudah makin baik dikerjakan oleh BPP di sektor riset dan publikasi. Upaya penguatan kapasitas dan kinerja publikasi internasional, termasuk melalui kolaborasi strategis dengan mitra-mitra asing yang ke depan akan makin dikuatkan.

Upaya lain adalah penataan di sektor pengajaran dan pembelajaran (teaching and learning), termasuk di dalamnya penataan sektor kegiatan kemahasiswaan sebagai bagian dari pengalaman pembelajaran mahasiswa di UKSW secara menyeluruh. Ini ditempuh dengan melalui berbagai media. Pertama, penataan kurikulum S1 di UKSW, dengan menghidupkan kembali komponen matakuliah umum (MDU) dengan proporsi yang meningkat untuk mendukung pendekatan pembelajaran bagi pembentukan manusia seutuhnya (whole person education) atau liberal arts education, apa yang telah didesain sejak awal UKSW beroperasi sebagai universitas. Kurikulum baru tersebut telah diterapkan mulai tahun akademik 2021/2022. Di dalamnya, di samping eksplorasi pembelajaran melintasi bidang-bidang keilmuan, untuk menguatkan profil lulusan creative minority, UKSW memunculkan matakuliah critical thinking dan entrepreneurship (entrepreneur personality). Di sektor pembelajaran, UKSW telah memanfaatkan platform digital yang ada yakni FLearn secara lebih baik, terutama di masa pandemi Covid-19. Di 2021, adopsi teknologi augmented and virtual reality (atau extended reality) di Mei 2021 juga menjadi satu langkah pengembangan strategis di sektor ini ke depan (yang juga dapat berdampak ke sektor riset dan inovasi). Upaya yang masih dikerjakan di sektor ini adalah dengan mengembangkan model-model pembelajaran yang bersifat research-based teaching and learning (RBTL), terutama di periode 2022 – 2027.

Pengembangan pengalaman belajar mahasiswa melalui penataan muatan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler juga telah mulai dilakukan oleh 2 tim di Kantor PR3, professional skills dan humanistic skills. Upaya untuk menata pengalaman interaksi mahasiswa dengan masyarakat mulai dari saat masuk sampai semester terakhir masih belum dapat diterjemahkan ke dalam desain dan program di Kantor PR3, walaupun kegiatan-kegiatan kemahsiswaan yang dilakukan sampai sampai ini sebagian telah memuat komponen tersebut. Pelibatan mahasiswa ke dalam konteks masyarakat adalah untuk memenuhi elemen dari profil creative minority sebagai agen perubah dalam masyarakat.

Dalam hal ketenagaan, upaya untuk menata ulang jabatan-jabatan (termasuk deskripsi, spesifikasi, indicator kinerja jabatan) sebagai basis kunci dalam pengembangan sistem-sistem pengelolaan sumber daya manusia di UKSW masih berlangsung dan belum selesai. Pekerjaan yang dilakukan di Kantor PR2, melalui Biro Pengembangan SDM (BPSDM) dan satgas Job Redesign dan Organizational Development, ternyata memakan waktu yang cukup panjang. Jika pekerjaan ini telah selesai, maka UKSW akan memasuki penataan sistem karir pegawai (dosen telah memiliki sistem karir akademiknya, tetapi jabatan-jabatan administrator akademik yang dijabat juga oleh para dosen belum), sistem kompensasi, sistem training and development, termasuk juga sistem rekrutmen dan seleksi. Dengan memiliki sistem MSDM yang baik, diharapkan dapat dilakukan peningkatan kualitas SDM di UKSW, demikian juga menjadi basis perhitungan yang baik untuk menata jumlah jabatan dan SDM untuk meningkatkan efektivitas organisasi UKSW. Sistem MSDM dan desain organisasi yang baik akan memungkinkan menopang tuntutan kinerja UKSW, apalagi diharapkan UKSW akan memasuki fase internasionalisasi operasinya yang sesuai target 2017 adalah di sekitar tahun 2026 atau 2027 (masuk dalam pemeringkatan Times Higher Education).

Dalam hal khususnya reorganisasi UKSW, tabel di bawah menunjukkan apa yang ingin dikerjakan di periode 2017 – 2022. Hal-hal yang telah dikerjakan adalah legalisasi kehadiran organisasi Departement (dulu: Jurusan) dalam portofolio organisasi akademik UKSW. Upaya ini mendapatkan sikap resistensi tertentu dari kalangan fakultas-fakultas, sekalipun organisasi departemen adalah sebuah kelaziman organisasi universitas di seluruh dunia. Departemen-departemenlah yang menjadi unit penyelenggara program-program studi. Namun demikian, legalitas kehadiran departemen di UKSW telah dipenuhi, sehingga kemunculan sejumlah departemen di fakultas-fakultas mulai terjadi. Ini akan diteruskan di periode 2022 – 2027.

Penataan budaya organisasi UKSW telah mulai dilakukan melalui langkah-langkah sosialisasi visi misi dan nilai-nilai UKSW melalui berbagai forum, baik itu upacara-upacara organisasi maupun pertemuan-pertemuan warga UKSW. Upaya ini juga dilakukan melalui pelatihan-pelatihan (bagi dosen dan pegawai baru, juga bagi mahasiswa), walaupun nanti dengan selesainya penataan jabatan-jabatan (job redesign), maka akan disusun dalam kompetensi inti kepegawaian di UKSW salah satunya adalah pemahaman akan visi dan misi lembaga, yang harus memiliki program pelatihan yang rutin dilaksanakan dalam suatu periode tertentu, termasuk kepada para pejabat pemegang jabatan manajerial di UKSW. Ini akan dikerjakan lebih lanjut di periode 2022 – 2027. Dengan memahami bahwa kebenaran dan kejujuran adalah bagian dari nilai-nilai inti, maka administrasi dan pelaporan keuangan di UKSW makin diketatkan untuk membentuk pola pikir dan cara kerja yang benar dan jujur, termasuk dalam pertanggungjawaban keuangan di UKSW. Kredibilitas pribadi dan lembaga, akuntabilitas sistem administrasi UKSW adalah pertaruhan kinerja, jika UKSW hendak menjadi sebuah organisasi universitas yang disegani. Tentu saja, penguatan budaya akademik, termasuk budaya riset, yang bercirikan kualitas tinggi (pencarian kebenaran yang berdaulat melalui kesungguh-sungguhan, serta kejujuran ilmiah) adalah target utama, mengingat UKSW ingin menjadi sebuah universitas yang disegani. Penginstitusian nilai-nilai pokok UKSW ini membutuhkan waktu yang lumayan lama dan untuk itu diperlukan suatu pendekatan baru dalam kehidupan kampus yang mengedepankan nilai-nilai akademik yang luhur. Upaya di 2014 misalnya dengan melarang publikasi di jurnal-jurnal predator, atau upaya untuk memunculkan prosedur ethical clearance dalam pelaksanaan riset telah mulai dilakukan. Senat Universitas juga telah membentuk komisi akademik, yang di antaranya pernah membahas kasus plagiasi yang dilaporkan ke Senat Universitas. Ini adalah bagian dari penataan dan penguatan budaya akademik dan organisasi di UKSW.

Upaya melakukan restrukturisasi fakultas masih belum dapat dilakukan di 2017 – 2022, karena gagasan ini masih belum dapat diterima. Namun, ke depan upaya ini harus dilakukan untuk maksud konsolidasi organisasi akademik UKSW untuk mencapai level efisiensi dan efektivitas operasi yang lebih baik, dengan beroperasinya jumlah fakultas yang lebih sedikit tetapi dengan kekuatan struktur yang lebih baik. Hal ini akan dijelaskan di gagasan dari rencana 2022 – 2027 di bagian terpisah.

Upaya-upaya itu harus berjalan parallel dan berkelanjutan dalam keselarasan dengan pengembangan jejaring akademik (dan non-akademik) UKSW dan internasionalisasi layanan pendidikan tinggi UKSW. Pengembangan network kemitraan UKSW di tataran internasional dan nasional terus dilakukan, sejak 2018. Upaya mengembangkan relasi di Taiwan, China, Hong Kong, Filipina, Korea Selatan telah dijajagi dan ditindaklanjuti satu per satu. Pandemi Covid-19 relatif menahan laju upaya tersebut, sekalipun pengembangan jejaring masih terus dilakukan masa pandemi ini. Internasionalisasi layanan pendidikan tinggi masih berada pada tahap persiapan, misalnya melalui pengembangan program seperti Indonesia Studies, juga pembukaan prodi-prodi tertentu untuk menerima mahasiswa asing. Upaya-upaya ini makin ditingkatkan di akhir 2021 dan diharapkan makin mendapatkan rancangan bentuk operasinya di 2022 ini sehingga di tahun akademik 2023/2024, UKSW sudah mulai dapat melayani mahasiswa asing di sejumlah program (termasuk non gelar) dalam jumlah yang signifikan. Internasionalisasi UKSW akan menjadi pintu masuk yang lebih solid untuk kepentingan pemeringkatan UKSW di aras internasional. Upaya membawa UKSW ke pemeringkatan internasional (World University Ranking (WUR) Times Higher Eduation (THE)) telah ditempuh melalui penguatan kinerja sektor riset yang masih harus dikerjakan dengan kekuatan yang lebih tinggi, upaya sampingan untuk masuk ke jenis pemeringkatan alternatif (Impact Ranking THE), juga melalui layanan konsultasi dari Times Higher Education. Artinya, kepemimpinan 2017 – 2022 telah masuk ke dalam upaya yang makin serius dalam maksud tersebut. Sekali lagi, target masuknya UKSW dalam WUR THE adalah pada tahun 2026 atau 2027.

Untuk memungkinkan target-target strategis 2017 – 2022 tersebut dapat dicapai, maka UKSW membutuhkan kekuatan finansial yang lebih besar, di antaranya untuk menopang investasi-investasi strategis-nya. Untuk maksud itu, maka dalam dokumen Pilrek 2017 disusun rancangan seperti tampak di bawah:

Penguatan pendapatan UKSW telah ditempuh melalui peningkatan kapasitas penerimaan mahasiswa baru dan peningkatan tarif-tarif admisi UKSW. Diversifikasi pendapatan melalui fund-raising, sekalipun telah dibentuk Biro Pengembangan dan Mobilisasi Sumber Daya (BPMSD) di bawah Kantor PR 4, namun efektivitas kerjanya belum optimal. Oleh karena itu, pada 2022 – 2027 biro ini akan ditempatkan langsung di bawah Rektor, sehingga dikendalikan operasinya oleh Rektor. Demikian juga, upaya pengembangan sektor pendanaan UKSW ini untuk maksud pengembangan dana abadi UKSW sudah harus mendapatkan perhatian yang lebih besar pada 2022 – 2027. Penataan sistem dan perilaku keuangan yang kami dapati di awal 2018 sebagai salah satu pokok masalah dalam organisasi UKSW yang berakibat pada hasil audit laporan keuangan UKSW yang tidak menggembirakan (disclaimer) untuk periode laporan 30 Juni 2016 dan 30 Juni 2017 telah mendapatkan hasil yang secara perlahan menjadi makin baik. Laporan keuangan 30 Juni 2018 mendapatkan hasil audit wajar dengan pengecualian, demikian juga laporan 30 Juni 2019. Kami berharap laporan 30 Juni 2020 dan 31 Desember 2020 serta laporan 31 Desember 2021 dapat menjadi wajar tanpa pengecualian. Pengembangan sistem informasi keuangan dan akuntansi yang masih dalam proses dan diharapkan telah selesai dan diujicoba penggunaannya pada pertengahan 2022 ini, diharapkan dapat makin membantu kinerja sektor keuangan UKSW. Secara umum, kondisi finansial di UKSW sehat di periode 2017 – 2022, sekalipun juga diisi dengan investasi perbaikan, pembangunan, dan pembelian fasilitas-fasilitas.

Demikian gambaran upaya-upaya yang telah dilakukan terutama di periode 2017 – 2022 (masih ada sisa masa kerja di Maret – November 2022), tetapi juga periode 2013 – 2017 terutama di bidang riset. Tentu itu tidak dapat mewakili realitas kerja dan kinerja menyeluruh yang ada.

Rancangan Pemikiran Strategis bagi Pengembangan UKSW di Periode 2022 – 2027

Dalam perjalanan menuju peringatan 100 tahun UKSW di 2056, dalam Renstra UKSW 2017 – 2022 Pimpinan UKSW mencanangkan sebuah peta jalan strategis sebagai berikut:

  • 2022 – 2027: Menjadi salah satu universitas terbaik di ASEAN agar menjadi destinasi

mobilitas antar universitas di ASEAN serta masuk ke dalam World University Ranking (WUR) Times Higher Education (THE) atau Quacquarelli Symmonds (QS).

  • 2027 – 2037: Menjadi bagian dari 250 universitas terbaik di Asia menurut WUR THE/QS
  • 2037 – 2047: Menjadi bagian dari 150 universitas terbaik di Asia
  • 2047 – 2057: Menjadi bagian dari 100 universitas terbaik di Asia

Sebagai Renstra yang dihasilkan oleh tim manejemen puncak UKSW 2017 – 2022 yang saya pimpin, maka untuk sementara peta jalan itu masih akan menjadi pegangan. Renstra UKSW tersebut akan direview kembali setelah kepemimpinan UKSW 2022 – 2027 terbentuk, bilamana saya kembali dipercaya oleh Pembina sebagai Rektor UKSW. Renstra itu bagaimanapun harus diperbarui oleh Pimpinan UKSW 2022 – 2027 karena masa berlaku Renstra sebelumnya (2017 -2022) akan berakhir. Diperlukannya review oleh kepemimpinan saya (kalau terpilih) adalah sebuah konsekuensi logis dari dinamika lingkungan sekitar, termasuk tantangan-tantangan strategis yang dihadapi sebagaimana telah dikemukakan dalam dokumen ini maupun yang akan tersingkap dalam perjalanan ke akhir 2022 ini. Renstra baru itu juga akan dideterminasi oleh pemikiran strategis yang dikembangkan dalam dokumen ini. Sebagai catatan, saya bersikap humble di depan Tuhan dan para Pembina, terbuka terhadap apapun peluang saya terpilih kembali atau tidak. Namun, sebagai sebuah gagasan yang perlu diajukan kepada Pembina dalam proses Pemilihan Rektor 2022 – 2027 ini, maka asumsi terpilih kembali harus dibuat dan dipakai dalam dokumen ini.

Saya telah mengemukakan apa yang diharapkan dikerjakan dan apa yang telah dikerjakan di periode 2017 – 2022, termasuk juga apa yang belum sepenuhnya dapat dikerjakan dan dicapai. Di atas dasar itu, maka periode 2022 – 2027 adalah kelanjutan dari proses transformasi yang telah dilakukan sebelumnya. Tema besar dalam proses transformasi UKSW telah diajukan dan terutama dikerjakan sejak 2017 adalah membawa UKSW menjadi lembaga perguruan tinggi yang berbasis riset atau universitas riset yang juga bersifat entrepreneurial. Pengukuran posisi sebagai universitas riset akan dicapai melalui indicator UKSW menjadi salah satu perguruan tinggi Indonesia yang akan masuk dalam pemeringkatan WUR THE pada sekitar tahun 2026/20027. Karena itu, perhatian yang telah dibangun dan upaya yang telah dikerjakan di sektor riset UKSW akan dilanjutkan dan diletakkan secara lebih strategis dalam keterkaitannya dengan sektor pelayanan yang lain dan akan ditempuh pendekatan yang makin terintegrasi. Oleh karena itu, target strategik mencapai level publikasi internasional minimal 200 publikasi terindeks Scopus per tahun akan dicapai dalam strategi yang bertautan antara sektor riset, sektor pengajaran, sektor pengabdian masyarakat, sektor kemahasiswaan, dan sektor kerjasama terutama kerjasama internasional. Dukungan sektor keuangan untuk menopang pekerjaan-pekerjaan di sektor-sektor itu tentu saja merupakan sektor pendukung yang tidak dapat diabaikan.

Di atas dasar itu, maka dirumuskan visi 5 tahun UKSW 2022 – 2027 sebagai berikut:

Menjadikan UKSW sebagai universitas riset yang disegani di Asia dengan cakupan layanan pendidikan tinggi yang inovatif dan kompetitif bagi masyarakat Indonesia dan Asia.

Visi tersebut memuat dan menggambarkan cakupan komprehensif dari layanan dan kontribusi sektor-sektor akademik dan penunjang akademik sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Riset akan tetap menjadi sektor utama, poros pertumbuhan UKSW ke depan, yang pekerjaannya akan ditopang secara strategik oleh sektor pengajaran, pengabdian masyarakat, kemahasiswaan, dan kolaborasi kelembagaan dan individual, baik nasional maupun internasional. Artinya, kinerja sektor riset UKSW akan ditopang oleh mahasiswa (termasuk mahasiswa asing, berarti akan dilakukan program internasionalisasi pendidikan UKSW) dan mitra-mitra penelitian (individual dan kelembagaan). Dukungan mahasiswa bagi kinerja riset yang dimaksud akan lebih didorong untuk terjadinya peningkatan mahasiswa pascasarjana, doktoral khususnya, termasuk mahasiswa asing di program-program doktor yang telah ada atau yang akan ditambahkan. Peningkatan upaya-upaya pengembangan jejaring kerjasama, terutama dengan mitra-mitra asing, dalam rangka menopang maksud pencapaian visi UKSW tersebut menjadi krusial. Ini adalah gambaran secara umum dari visi yang ingin dicapai dan upaya yang akan dilakukan untuk mencapainya, apa yang akan diuraikan secara lebih jauh di bawah ini.

Pentahapan dan Kisi-Kisi Program Utama Pengembangan UKSW Menuju Pemenuhan Visi 2027

TahunKey Milestone(s)Program UtamaPIC
2022/23Skema strategi dan program internasionalisasi UKSW selesai dan mulai dilaksanakan   UKSW masuk Impact Ranking THE         UKSW Terima Izin PSPD (fakultatif)Program konsultasi UKSW – Times Higher Education 2022Pemrograman Kantor PR4 (BKHI), dalam konsultasi dengan PR Pendidikan dan PR Riset, untuk eksekusi 2023.Penataan organisasi yang mengurusi ranking internasional di bawah PR tertentu (Ide: Dibayangkan di bawah PR Senior, semacam Provost di AS).Penyiapan Operasi PSPD di FKIKPenyiapan Pembangunan RS Pendidikan (UKSW – Alinea)Rektor, PR4 dan PR lainnya, serta para Dekan.       PR Senior           Rektor, PR 1 Lama, FKIK, Tim Rektor, PR2, BMK, Tim
2022/23Reorganisasi UKSW tercapai untuk menopang visi dan strategi baru.Organisasi Rektorat Baru Diajukan kepada dan disetujui Pembina (Perubahan: tidak ada PR2, diganti Direktur Operasi; Para PR lain akan direklasifikasi bidang-bidang cakupan kerjanya).  Restrukturisasi Fakultas-Fakultas Dilakukan (Jumlah Fakutas lebih ramping tetapi masing-masing memiliki lebih dari 1 Pembantu Dekan, Semua Fakultas sudah memiliki Departemen). Penguatan Organisasi Biro-Biro untuk menopang kerja Para PR dan Dekan-Dekan. Pembangunan budaya organisasi UKSW melalui sistem BPSDM.Pemantapan sistem fund-raising. Pembangunan Scie-Tech & Innovation Hub di BlotonganRektor, PR Senior, dalam konsultasi dengan Fakultas-Fakultas       Rektor, PR Senior, Tim             Para PR (Lama), BPSDM     Rektor, PR 4 lama, BPMSD   Rektor, PR2, PR5, BMK, Tim
2023Setiap Dept.  memiliki minimal 1 mitra internasional dan program kerjasama strategis di sektor riset dan pendidikan.Pemenuhan threshold publikasi untuk WUR THE.Dimiliki dan mulai dilaksanakannya model research-based teaching and learning.Penyiapan Jejaring Kerjasama oleh Kantor PR InternasionalMatchmaking EventPengembangan program kerjasama internasionalProgram-program fasilitasi peningkatan kapasitas untuk peningkatan produktivitas dan kualitas publikasi internasional dan inovasi, juga pengabdian masyarakat.Pengembangan model research-based teaching and learning dan pelatihan-pelatihan bagi para dosen.Pengembangan sistem-sistem MSDM (menuju high-performing work system)Penyiapan akreditasi internasionalPersiapan dan pengawasan pembangunan RS Penddkn.Persiapan dan pelaksanaan pembangunan kampus sains dan Teknik di Blotongan, termasuk fasilitas pendukung.PR Internasional, BKHI, PR Riset, Dekan, Kadep.       PR Riset dan BPP dan BII, Kadep, Kapuslit,         PR Senior, PR Pendidikan, P3I dan Dekan   Rektor, PR Senior, Dir Op, BPSDM, Tim   PR Senior, PR Penddkn, Tim, Bag. Akreditasi, LPM  
2024UKSW masuk WUR QSUKSW ranked Impact RankingPemenuhan threshold WUR THE.Operasikan HPWSProgram Penguatan Kapasitas Riset, Publikasi, Inovasi, Pengabdian.Program-program Kerjasama strategis riset, innovation, teaching.Administrasi ranking internasionalPembangunan Sistem Pengendalian Kinerja Manajemen.Pembangunan bertahap SI MSDM untuk menopang operasi sistem-sistem MSDM: Tahap 1.Pengawasan pembangunan RS Penddkn.Lanjutan pembangunan dan operasi Kampus Notohamidjojo untuk Sains dan Tek.Persiapan pembangunan kampus Dipo.PR Riset dan Biro-Bironya, Dekan2, Kepala2 Puslit. PR Internasional, PR Riset, PR Penddkn, Biro, Dekan, Kapuslit. PR Senior, Bag Ranking Internas. Rektor, PR Senior, Dir. Op., BPSDM, BTSI     Rektor, PR Senior, Dir. Op, BPSDM   Dir. Op, BMK, Tim   Idem     Idem
20251.  UKSW masuk WUR QS 2.  UKSW ranked Impact Ranking 3.  Pemenuhan threshold WUR THE. 4. Operasi HPWS1.  Program Penguatan Kapasitas Riset, Publikasi, Inovasi, Pengabdian. 2.  Program-program Kerjasama strategis riset, innovation, teaching. 3.  Administrasi ranking internasional 4.  Pembangunan bertahap SI MSDM untuk menopang operasi sistem-sistem MSDM: Tahap final. 5. Pembangunan Kampus Dipo.PR Riset dan Biro-Bironya, Dekan2, Kepala2 Puslit. PR Internasional, PR Riset, PR Penddkn, Biro, Dekan, Kapuslit. PR Senior, Bag Ranking Internas. Rektor, PR Senior, Dir. Op., BPSDM, BTSI     Rektor, PR Senior, Dir. Op, BPSDM   Dir. Op, BMK, Tim   Idem     Idem
20261.  UKSW masuk WUR QS 2.  UKSW ranked Impact Ranking. 3.  Pemenuhan threshold WUR THE (Atau, UKSW masuk WUR THE). 4. Peningkatan standards di HPWSProgram Penguatan Kapasitas Riset, Publikasi, Inovasi, Pengabdian.Program-program Kerjasama strategis riset, innovation, teaching.Administrasi ranking internasionalPengendalian kinerja menyeluruh.Operasi menyeluruh sistem-sistem MSDM.RS Pendidikan Beroperasi.Persiapan pembangunan kampus SalaranIdem                  
2027UKSW masuk WUR THEUKSW tetap di WUR QSUKSW di Impact Ranking THEPeningkatan standards HPWS berkelanjutan1.  Program Penguatan Kapasitas Riset, Publikasi, Inovasi, Pengabdian. 2.  Program-program Kerjasama strategis riset, innovation, teaching. 3.  Administrasi ranking internasional 4.  Pengendalian kinerja menyeluruh. 5.  Operasi menyeluruh sistem-sistem MSDM. 6.  RS Pendidikan Beroperasi. 7.  Pembangunan dan operasi kampus SalaranIdem

Sebagaimana disebutkan, rancangan program 5 tahun untuk menjabarkan upaya-upaya mencapai visi UKSW 2027 adalah bersifat kisi-kisi program. Oleh karena itu, akan dilakukan pemantapan visi dan program pasca selesainya proses pemilihan Rektor periode 2022 – 2027, bersama calon-calon PR dan Dekan, dalam konsultasi dengan Pengurus, Pengawas, dan Pembina YPTKSW. Renstra UKSW 2022 – 2027 akan dihasilkan dari proses itu, demikian juga Rencana Operasional Program. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Investasi UKSW untuk tahun 2023 akan diajukan kepada Pembina pada November 2022, untuk dioperasikan pada 2023. Demikian pula untuk tahun 2024 dan seterusnya.

Penutup

Tugas manusia untuk berupaya, termasuk di dalamnya merancang dan melakukan upaya-upaya bagi masa depannya yang lebih baik. Karena itu, adalah tugas dan tanggung jawab saya selaku yang mengajukan diri melamar untuk menjadi Rektor UKSW 2022 – 2027 untuk membuat rancangan ini, pada tingkatan tertentu. Ketidaksempurnaan adalah bagian dari manusia, demikian juga ketidaksempurnaan gagasan dan rancangan pengembangan UKSW ini.

Jika manusia dapat mengupayakan apapun dalam pikirannya dan melaksanakan apa yang dipikirkannya, maka Tuhanlah sumber dari segala rancangan dan terutama kenyataan. Namun, tiada seorang pun yang mengerti maksud dan kehendak Tuhan secara baik. Karena itu, sekali lagi, dengan sikap humble di depan Tuhan, para Pembina sebagai perwakilan Gereja-Gereja, saya mengajukan gagasan dan rancangan ini. Semoga ini berkenan, terutama di depan Tuhan.

Sebagai Rektor 2017 – 2022, saya mengucapkan terima kasih atas mandat dan kepercayaan yang telah diberikan kepada saya untuk memimpin dan membawa UKSW ke keadaan yang lebih baik. Saya dan tim saya telah berupaya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab kami. Kami menyadari tidak mudah untuk mencapai yang kami sendiri bayangkan dan harapkan. Namun, kami sudah mengupayakan apa yang dapat kami lakukan untuk periode 2017 – 2022 ini, dengan masih tersisa waktu untuk memenuhi seluruh tanggung jawab di masa kepemimpinan kami. Pada waktunya kami tim manajemen UKSW 2-17 – 2022 secara keseluruhan dan khususnya saya pribadi selaku Rektor yang menerima mandat tanggung jawab kepemimpinan ini akan menyampaikan laporan pertanggungjawaban kami atas penggunaan wewenang dan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab kami dan menyerahkan kembali mandat yang kami terima kepada Pembina YPTKSW. Semoga itu nanti dapat diterima dengan baik.

Bagi kami, hanya bagi kemuliaan nama Tuhan dan kebaikan lembaga ini saja kami peruntukkan semua apa yang telah kami kerjakan. Namun, tidak ada gading yang tak retak. Atas seluruh kekurangan yang ada di dalam kerja kami, kami menyampaikan permohonan maaf. Di sisi lain, kami berterima kasih atas mandat dan kepercayaan yang telah diberikan kepada kami. Tuhan kiranya memberkati UKSW, YPTKSW, kita semua selaku pribadi-pribadi pelayanNYA di UKSW, yang kita yakini dan upayakan untuk menjadi tempat perteduhanNYA. Soli deo gloria.


[i] Position paper dalam Pemilihan Rektor UKSW Periode 2022 – 2027, disusun pada Februari 2022.


Leave a comment

Categories